Sunday, October 1, 2023

Maaf Aku Harus Menjauh

Jika ini tentang kompetisi......

Jika ini tentang menang atau kalah......

Maka.... aku ikhlas tanpa beban aku akan mengalah


Karna sekeras apapun aku berusaha.....

sejak awal aku sudah kalah

Karna yang terjadi saat ini

Pernah juga terjadi dalam hidupku, di masa lalu


Musuh....dalam selimut

Julukan itu yang tepat, kata temanku


Aku sudah lelah untuk terus disapa dari belakang

Ini bukan kali pertama

Namun bukan berarti aku siap

Aku ikhlas. . . . .


Ambil saja

Tak usah bersandiwara bagai kucing yang berpura-pura menolak ikan dihadapannya

Ambil saja

Toh, aku tak akan mengadu pada siapa-siapa

Aku akan adukan dalam sujudku saja

Semoga Allah mendengar



Dear Aisyah, Janjilah ini yang terakhir (Perjalanan Menunggu)

Ternyata.....sesakit itu terus berharap pada manusia, terus bersandar pada manusia...

Padahal ini bukan kali pertama, sebelumnya pernah dan seharusnya aku bisa belajar dari hal tersebut.


Ini kisahku dalam menunggu.....

Menunggu takdirku....

Menunggu nasibku


Ini kisahku, kisah aku yang selalu keliru membaca isi hati manusia

kisahku, kisah yang selalu saja dikecewakan oleh ekspetasi sendiri


Semua berawal dari aku yang terlalu terburu-buru merasa do'aku segera terkabul cepat

padahal aku saja manusia penuh dengan salah dan khilaf

bagaimana bisa doaku begitu cepat terkabul?


Semua berawal dari aku yang begitu ingin doaku segera terkabul

Aku yang begitu mudah jatuh hati pada nyaman

Kemudian aku merasa bahwa dia adalah jawaban atas diriku


Saat aku merasa dia adalah jawaban dari doaku.....

Namun, ternyata Allah tunjukkan bahwa dia adalah kebalikan dari apa yang aku doakan

ya, aku berdoa agar dipertemukan dengan dia yang mampu menjaga pandangannya,

dia yang mampu menjaga setiap ketikan yang dia ketikkan kepada lawan jenisnya


Aku berusaha menyangkal.....

aku terus menyangkal..... ah mungkin itu dulu..... sekarang tidak

lagi dan lagi, tanpa aku tanya, tanpa aku cari.... Allah sendiri yang menunjukkan bahwa sangkalanku itu salah


Rabbi, aku begitu kecewa.....

Sebagai manusia biasa aku marah

Namun, masyaallah, Engkau ajak hatiku untuk melembut

Kemudian aku tersadar..... Mungkinkah ini caraMu ya Allah, untuk menyadarkanku

menyadarkanku bahwa, jika aku ingin dapat yang mampu menjaga, maka aku pun harus berusaha untuk menjaga

Mungkinkah ini caraMu ya Allah, mematahkan hatiku, membasahi pipiku sekarang.... dibanding diujung sana nanti


Apapun itu ya Allah, Aku berusaha kembali padaMu

Rabbi, bantu aku.... bantu aku untuk selalu kembali padaMu


Mulai detik ini, aku ingin benar-benar kembali

Aku ingin benar-benar berlindung

Aku ingin benar-benar meminta

Aku ingin benar-benar merengek


Rabbi, bantu aku, ini yang terakhir........

Aku Mohon pertemukan aku dengan dia yang mampu menjadikan aku satu-satunya dalam hidupnya selain ibu dan saudara perempuannya



Baik dan Buruk Orang Tua Kita

 Bismillah



Assalamualaikum teman-teman. Bagaimana kabar kalian? baik kan? alhamdulillah. Setelah beberapa minggu lamanya aku tidak menulis, alhamdulillah sekarang aku bisa kembali kesini. Qodarullah, setelah tulisanku yang lalu mengenai orang tuaku, sekarang saatnya aku menulis hal yang sebaliknya.


Dalam tulisan itu, aku berkeluh kesah mengenai sikap mama terhadapku. Sebetulnya dihari berikutnya, dihari setelah aku menulis tentang hal terebut, aku berbincang dengan kakakku. Aku menceritakan segala yang aku rasakan, segala yang meresahkan dan seala yang mengganjal dalam hatiku. Respon kakakku, menurutku sedikit mengecewakan, namun setelah aku fikir-fikir apa yang dikatakannya ialah kebenaran.

Apa yang diucapkan oleh kakakku sangat sama dengan apa yang buku-buku tentang kehidupan dan kajian-kajian dari ustad-ustad yang pernah aku baca maupun aku tonton. Aku tertegun ketika mendengar apa yang kakakku ucapkan. Jujur, kalimatnya sangat template, persis seperti kalimat-kalimat pamungkas yang dia selalu wejangkan kepadaku sebelum-sebelumnya. Yang kakakku katakan ialah . . . . . .


"yasudah, kalau gitu kamu keluar saja dari rumah itu, di rumah kakak masih ada kamar kosong karna mas Nana kan sudah menikah sekarang. Tapi Aisyah, sebetulnya apa yang kamu rasakan dan alami sama seperti yang kakak alami, persis. Kakak alami hal yang sama. Tapi, kita harus mengasihani mereka, karena sebenarnya orang-orang yang tidak pernah mengerti bagaimana memberikan dan menunjukkan kasih sayang adalah orang yang tidak mendapatkannya dulu. Sehingga mereka tidak tau Aisyah, bagaimana menunjukkan dan memberikan kasih sayang, mereka tidak mendapatkan contohnya. Jadi yang kakak lakukan, kakak tetap baik pada ibu kakak, kakak mijitin dia, kakak anterin dia kemana-mana. Kakak berbuat baik kepada dia nak. Karna, kebaikan walaupun sekecil biji zarah saja akan Allah balas. Percaya Aisyah, gak ada lagi selain sabar. Nak, semua kesedihan itu menguatkan. Ingatlah ujian-ujian rasulullah yang membuatnya sedih, bagaimana Rasulullah orang tuanya meninggal semua, bagaimana dia menyaksikan pamannya meninggal dalam keadaan kafir, di benci manusia-manusia, di caci, tapi semua itu yang membuat Rasulullah kuat"


Ia pun menjeda ucapannya. Dalam hatiku, aku sudah menebak bahwa ia pasti memintaku untuk terus bersabar. Tapi kalimat terakhirnya membuatku tertegun, air mataku tidak jadi turun yang malah membuatku mengingat kisah-kisah rasulullah yang pernah aku dengar dan baca sebelumnya. 


"Iya juga kak, aku juga kepikiran, ya mungkin ini ujianku untuk naik level. Karna aku harus bisa melalui ini, menghadapi orang tua sendiri. Ini baru orang tua sendiri, bagaimana nanti menghadapi orang tua dari pasangan sendiri"


"nah betul itu. Kamu harus bisa menghadapi orang tua sendiri agar bisa naik level. Aisyah, ingat.....semua kunci ada di komunikasi. Kakak pun sering banget saat mau bahas atau minta sesuatu sama suami, kakak nunggu sampe seminggu, bahkan sebulan. Karna kakak nunggu waktu yang pas, nunggu waktu dimana suami kakak itu tenang danbisa di ajak komunikasi. Apapun itu kamu coba sampaikan, kamu minta dibuatkan ini itu, minta. Cobalah dengan lembut dan cari waktu yang pas. Ya coba ya"


ia pun melanjutkan....

"Kebaikan sekecil biji zarahpun akan Allah balas. Terus berbuat baik Aisyah, walau baikmu tidak dibalas oleh orang yang kamu berbuat baiik, Allah yang akan balas"

Pertemuan itu ditutup dengan sepiring waffle yang kami pesan tadi. 


Masyaallah, betapa leganya hatiku saat itu, rasa sedihku hilang, malah aku jadi semangat untuk melakukan kebaikan, semangat kembali mencoba bersabar dan meraih kenaikan level. Masyallah, ternyata dibalik rentang usia yang amat jauh antara aku dan kakakku, Allah ingin aku terus bisa memiliki pengingat-pengingat disekitarku. 



Dear Mama


Hai ma, mungkin ini akan terdengar sangat aneh tapi jika kelak mama menemukan ini aku harap mama bisa membacanya sampai habis.

Ma, aku memang banyak menyimpan kecewa pada mama, namun setelah aku mencium sajadahku berkali-kali dan terus merenungi di berbagai waktu, aku sadar...... jika aku saja bisa merasa kecewa pada mama, aku yakin sesungguhnya mama lah yang lebih kecewa padaku karena mama pasti membesarkanku dengan banyak harapan baik, dengan banyak impian baik untukku. 

Ma, inilah prosesku untuk menemukan jalan hidup dan jalan pikiranku. Terimakasih sudah berusaha bersabar dan bertahan. Ma, maaf aku mungkin tidak bisa menjadi anak yang begitu bisa dibanggakan didepan siapapun. Semoga nanti aku bisa mendampingi masa tua mu dengan sabar, dengan kasih dan sayang. 

Terimakasih ma, sudah menerima kekuranganku dan berusaha memaklumi dari waktu ke waktu.


Tangerang, Oktober 2023

Saturday, July 1, 2023

Terimakasih Sudah Berjuang, Aisyah . . . . .

Beberapa hari yang lalu, alhamdulillah aku bisa konsul dan observasi dengan temanku yang merupakan lulusan psikologi. Saat itu aku menceritakan alur hidupku sejak aku kecil, konflik-konflik dan juga hal-hal yang membuat aku bahagia. Sampai dimana, aku menceritakan konflik di usia remaja. 

Konflik yang membuat ku terus bertanya-tanya sampai saat kemarin. Ya, sampai kemarin, alhamdulillah hari ini aku sudah tau jawaban dari pertanyaankuu selama lebih dari sepuluh tahun. 

Konflik yang baru aku sadari bahwa itu termasuk kedalam "penghianatan" dalam pertemanan atau yang dulu aku anggap persahabatan. Ya Allah, kasihan sekali diriku ini, terus mengira bahwa dia dalam sebuah persahabatan yang ternyata hanya dia yang menganggapnya sebagai persahabatan. Dari semua hal-hal yang aku anggap "kenapa", ternyata memang semua itu mendukung bahwa memang itu bukanlah sebuah persahabatan. 

Akhirnya aku berhenti bertanya, karna kalaupun harus ditanyakan kepada orangnya, aku yakin jawabannya sudah bisa kuduga. Rasanya sedih sekali, ini sama seperti cinta bertepuk sebelah tangan, namun ini bukan kisah cinta layaknya romeo dan juliet ini seperti kisah eugine yang menghianati kawanan perampoknya. Namun aku bukanlah eugine, yah kau sudah tau aku siapa nya. 

Terimakasih sudah menjabarkan perasaan yang aku rasakan dan menerjemahkan apa yang semua nya terjadi. Selama ini aku hanya terus bertanya "kok mereka gini?" atau "kok mereka gitu?". Ah sedih rasanya bahkan aku tiba-tiba saja menangis jika membaca sebuah quotes tentang seseorang yang tidak di ajak oleh teman-temannya. 

Ya ampun, aku bahkan masih  menitikan air mata saat mengetik kisah ini. Aku ingin berterima kasih pada diriku sendiri, begitu kuat menghadapi itu, masih saja menerima dan bersikap baik dan biasa pada saat itu. Aku jahat pada diriku sendiri, aku terus memaksakan agar bisa diakui oleh mereka, yang padahal sejak awal mereka tidak mengakui keberadaanku secara penuh, tidak mengindahkan perasaanku bahkan kata maaf saja tidak pernah aku dengar dari mulut mereka. 

Hahhhhhhh

ya Allah, bismillah, inshallah aku berusaha ikhlas terhadap apa yang sudah terjadi. Tanpa kejadian itu, aku tidak mungkin menjadi manusia kuat seperti saat ini yang bisa berdiri dan tau haluan mana yang harus aku ambil. Ya Allah tolonglah aku, aku ingin berusaha untuk menjadi manusia baik, aku akan berusaha mengingat hal-hal baik yang telah mereka berikan kepadaku, hal-hal membahagiakan dan juga moment tawa yang aku dan mereka buat.


Masyaallah, ujian hidup yang lengkap dan indah hingga sampai saat ini

ujian di keluarga

ujian di ekonomi

ujian di pendidikan

dan ujian dari diriku sendiri

alhamdulillah aku bisa kuat menuliskan ini di blog pribadiku. Aku menuliskannya sebagai jurnal perjalanan yang kelak satu hari mungkin aku bisa membacanya dan tersenyum bahwa aku bisa melaluinya dengan baik. 

Sekarang aku sedang menimati masa-masa libur kerja dengan berjalan-jalan sendirian. Menikmati sendiri dalam keramaian. Hanya aku yang bisa mencintai diriku secara tulus saat ini, dan Allah. 

Terimakasih teman-temanku, sahabat masa remaja, semua nya dan terutama Psikolog pribadiku hehe 

yang suka rela mau melakukan observasi secara llima jam, semoga Allah membalas kebaikanmu. Walau secara cerita aku selalu cemburu padamu hehe *kisah istri Rasulullah maksudnya hehe, semoga pertemanan kita diberkahi Allah, Aamiin.



*note : mungkin nanti akan terus ada revisi dan penambahan dalam artikel ini, maaf atas tulisan aku yang jelek ya. 

Saturday, January 28, 2023

Only Allah Who Can


“Assalamualaikum warrahmatullah….”

Salam tersebut kulantunkan sembari menengokkan kepalaku ke kiri, menandakan bahwa shalat Maghribku saat itu sudah selesai. Mataku memanas yang kemudian disusul oleh air mata yang keluar dengan deras. Potongan kejadian-kejadian beberapa tahun lalu tiba-tiba terputar dengan sendirinya dikepalaku.

Ya Allah, aku terharu sekali. Aku baru menyadari betapa sangatlah besar Kuasa dan KehendakMu. Betapa Engkau benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang dan betapa lemahnya aku tanpa Engkau.

Aku menangis sembari menutup kedua wajahku dan menundukkannya ke arah sajadah biru bercorak abu dihadapanku, aku malu, aku malu sekali. Bisa-bisanya aku baru menyadari bahwa Engkaulah yang benar-benar menjagaku selama ini dan Engkaulah yang dengan begitu indah menulis skenario hidupku ini.

Saat ayah meninggal, tak ada lagi laki-laki yang benar-benar memimpinku untuk terus mengejar kedekatan padaMu. Bahkan lingkungan terkecilku pun tidak sebegitu islaminya seperti lingkungan para penuntut ilmi syari maupun seperti lingkungan para ulama. Namun Engkau ya Allah, Maha Pengasih lagi Maha Penyayang…. tanpa aku sadari, Engkau terus munculkan rasa ingin tahuku tentang Islam, tentang ajaran-ajarannya, tentang kebenarannya….. Engkau hadirkan api keimanan dalam diriku walaupun tentu saja terkadang api itu mengecil hingga sekecil titik yang ada diakhir sebuah kalimat. Tetapi Engkau ya Allah, Engkau selalu saja berhasil membawaku kembali (Masyaallah, alhamdulillah). Ini…. yang membuatku menangis terharu, bukan hal yang mudah untukku berdiri sendiri memelihara iman, menjalankan berbagai macam ibadah maupun mencari bahan bakar iman itu sendirian. Karenanya, Allahlah yang menggerakkan hati dan ragaku serta jalan hidupku.

Saat orang-orang disekitarku membenciku karna alasan yang tidak syar’I atau bahkan memfitnahku, aku tidak lantas membenci mereka dan memutuskan silaturahmi saat itu juga. Aku memutuskan berdiam dalam pikiranku sendiri, mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dan berusaha mencari kebenarannya. Banyak pilihan yang bisa aku pilih, salah satunya melempar fitnah dan mengajak orang-orang untuk berbalik membenci orang yang membenci dan memfitnahku, namun aku tidak memilih pilihan itu. Aku memilih pilihan yang sekiranya membuatku nyaman, tenang, tidak memunculkan permusuhan dan tentunya yang Engkau ridhoi. Tentu saja, semua yang aku lakukan tidak lain dan tidak bukan adalah karena Engkau ya Allah, Engkau yang menggerakkan hatiku, Engkau yang menjagaku dan Engkau yang melindungiku.

Saat aku harus menghadapi orang-orang yang membuatku merasa tidak nyaman, Engkau gerakkan hatiku untuk terus mencari kebenaran. Bahkan, aku malah jadi bertanya, jangan-jangan dirikulah yang bermasalah, jangan-jangan dirikulah yang begitu keras atau jangan-jangan dirikulah yang begitu berlebihan. Aku bahkan bersedih karna perasaan itu, aku takut rasa tidak nyamanku terhadap seseorang itu adalah penyakit hasad yang tidak aku sadari. Lagi-lagi Engkau ya Allah, Engkau yang menggerakkan hatiku untuk malah berprasangka buruk pada diri sendiri, agar aku bisa bermuhasabah dan kembali menengadahkan tanganku untuk bermunajat.

Ya Allah, Alhamdulillah, Alhamdulillah. Ya Allah, jadikanlah aku selalu hambaMu yang Engkau lembutkan hatinya, yang terus bersemangat untuk berdoa, meminta, merengek kepadaMu. Ya Allah, buanglah segala sifat hasad, iri, dengki dan sifat-sifat yang Engkau tidak ridhoi pada diri ku. Aamiin ya robbal alamin.  


 

Maaf Aku Harus Menjauh

Jika ini tentang kompetisi...... Jika ini tentang menang atau kalah...... Maka.... aku ikhlas tanpa beban aku akan mengalah Karna sekeras ap...