Sunday, October 1, 2023

Baik dan Buruk Orang Tua Kita

 Bismillah



Assalamualaikum teman-teman. Bagaimana kabar kalian? baik kan? alhamdulillah. Setelah beberapa minggu lamanya aku tidak menulis, alhamdulillah sekarang aku bisa kembali kesini. Qodarullah, setelah tulisanku yang lalu mengenai orang tuaku, sekarang saatnya aku menulis hal yang sebaliknya.


Dalam tulisan itu, aku berkeluh kesah mengenai sikap mama terhadapku. Sebetulnya dihari berikutnya, dihari setelah aku menulis tentang hal terebut, aku berbincang dengan kakakku. Aku menceritakan segala yang aku rasakan, segala yang meresahkan dan seala yang mengganjal dalam hatiku. Respon kakakku, menurutku sedikit mengecewakan, namun setelah aku fikir-fikir apa yang dikatakannya ialah kebenaran.

Apa yang diucapkan oleh kakakku sangat sama dengan apa yang buku-buku tentang kehidupan dan kajian-kajian dari ustad-ustad yang pernah aku baca maupun aku tonton. Aku tertegun ketika mendengar apa yang kakakku ucapkan. Jujur, kalimatnya sangat template, persis seperti kalimat-kalimat pamungkas yang dia selalu wejangkan kepadaku sebelum-sebelumnya. Yang kakakku katakan ialah . . . . . .


"yasudah, kalau gitu kamu keluar saja dari rumah itu, di rumah kakak masih ada kamar kosong karna mas Nana kan sudah menikah sekarang. Tapi Aisyah, sebetulnya apa yang kamu rasakan dan alami sama seperti yang kakak alami, persis. Kakak alami hal yang sama. Tapi, kita harus mengasihani mereka, karena sebenarnya orang-orang yang tidak pernah mengerti bagaimana memberikan dan menunjukkan kasih sayang adalah orang yang tidak mendapatkannya dulu. Sehingga mereka tidak tau Aisyah, bagaimana menunjukkan dan memberikan kasih sayang, mereka tidak mendapatkan contohnya. Jadi yang kakak lakukan, kakak tetap baik pada ibu kakak, kakak mijitin dia, kakak anterin dia kemana-mana. Kakak berbuat baik kepada dia nak. Karna, kebaikan walaupun sekecil biji zarah saja akan Allah balas. Percaya Aisyah, gak ada lagi selain sabar. Nak, semua kesedihan itu menguatkan. Ingatlah ujian-ujian rasulullah yang membuatnya sedih, bagaimana Rasulullah orang tuanya meninggal semua, bagaimana dia menyaksikan pamannya meninggal dalam keadaan kafir, di benci manusia-manusia, di caci, tapi semua itu yang membuat Rasulullah kuat"


Ia pun menjeda ucapannya. Dalam hatiku, aku sudah menebak bahwa ia pasti memintaku untuk terus bersabar. Tapi kalimat terakhirnya membuatku tertegun, air mataku tidak jadi turun yang malah membuatku mengingat kisah-kisah rasulullah yang pernah aku dengar dan baca sebelumnya. 


"Iya juga kak, aku juga kepikiran, ya mungkin ini ujianku untuk naik level. Karna aku harus bisa melalui ini, menghadapi orang tua sendiri. Ini baru orang tua sendiri, bagaimana nanti menghadapi orang tua dari pasangan sendiri"


"nah betul itu. Kamu harus bisa menghadapi orang tua sendiri agar bisa naik level. Aisyah, ingat.....semua kunci ada di komunikasi. Kakak pun sering banget saat mau bahas atau minta sesuatu sama suami, kakak nunggu sampe seminggu, bahkan sebulan. Karna kakak nunggu waktu yang pas, nunggu waktu dimana suami kakak itu tenang danbisa di ajak komunikasi. Apapun itu kamu coba sampaikan, kamu minta dibuatkan ini itu, minta. Cobalah dengan lembut dan cari waktu yang pas. Ya coba ya"


ia pun melanjutkan....

"Kebaikan sekecil biji zarahpun akan Allah balas. Terus berbuat baik Aisyah, walau baikmu tidak dibalas oleh orang yang kamu berbuat baiik, Allah yang akan balas"

Pertemuan itu ditutup dengan sepiring waffle yang kami pesan tadi. 


Masyaallah, betapa leganya hatiku saat itu, rasa sedihku hilang, malah aku jadi semangat untuk melakukan kebaikan, semangat kembali mencoba bersabar dan meraih kenaikan level. Masyallah, ternyata dibalik rentang usia yang amat jauh antara aku dan kakakku, Allah ingin aku terus bisa memiliki pengingat-pengingat disekitarku. 



Dear Mama


Hai ma, mungkin ini akan terdengar sangat aneh tapi jika kelak mama menemukan ini aku harap mama bisa membacanya sampai habis.

Ma, aku memang banyak menyimpan kecewa pada mama, namun setelah aku mencium sajadahku berkali-kali dan terus merenungi di berbagai waktu, aku sadar...... jika aku saja bisa merasa kecewa pada mama, aku yakin sesungguhnya mama lah yang lebih kecewa padaku karena mama pasti membesarkanku dengan banyak harapan baik, dengan banyak impian baik untukku. 

Ma, inilah prosesku untuk menemukan jalan hidup dan jalan pikiranku. Terimakasih sudah berusaha bersabar dan bertahan. Ma, maaf aku mungkin tidak bisa menjadi anak yang begitu bisa dibanggakan didepan siapapun. Semoga nanti aku bisa mendampingi masa tua mu dengan sabar, dengan kasih dan sayang. 

Terimakasih ma, sudah menerima kekuranganku dan berusaha memaklumi dari waktu ke waktu.


Tangerang, Oktober 2023

No comments:

Post a Comment

Maaf Aku Harus Menjauh

Jika ini tentang kompetisi...... Jika ini tentang menang atau kalah...... Maka.... aku ikhlas tanpa beban aku akan mengalah Karna sekeras ap...