“Assalamualaikum warrahmatullah….”
Salam tersebut kulantunkan sembari menengokkan kepalaku ke kiri, menandakan bahwa shalat Maghribku saat itu sudah selesai. Mataku memanas yang kemudian disusul oleh air mata yang keluar dengan deras. Potongan kejadian-kejadian beberapa tahun lalu tiba-tiba terputar dengan sendirinya dikepalaku.
Ya Allah, aku terharu sekali. Aku baru menyadari betapa sangatlah besar Kuasa dan KehendakMu. Betapa Engkau benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang dan betapa lemahnya aku tanpa Engkau.
Aku menangis sembari menutup kedua wajahku dan menundukkannya ke arah sajadah biru bercorak abu dihadapanku, aku malu, aku malu sekali. Bisa-bisanya aku baru menyadari bahwa Engkaulah yang benar-benar menjagaku selama ini dan Engkaulah yang dengan begitu indah menulis skenario hidupku ini.
Saat ayah meninggal, tak ada lagi laki-laki yang benar-benar memimpinku untuk terus mengejar kedekatan padaMu. Bahkan lingkungan terkecilku pun tidak sebegitu islaminya seperti lingkungan para penuntut ilmi syari maupun seperti lingkungan para ulama. Namun Engkau ya Allah, Maha Pengasih lagi Maha Penyayang…. tanpa aku sadari, Engkau terus munculkan rasa ingin tahuku tentang Islam, tentang ajaran-ajarannya, tentang kebenarannya….. Engkau hadirkan api keimanan dalam diriku walaupun tentu saja terkadang api itu mengecil hingga sekecil titik yang ada diakhir sebuah kalimat. Tetapi Engkau ya Allah, Engkau selalu saja berhasil membawaku kembali (Masyaallah, alhamdulillah). Ini…. yang membuatku menangis terharu, bukan hal yang mudah untukku berdiri sendiri memelihara iman, menjalankan berbagai macam ibadah maupun mencari bahan bakar iman itu sendirian. Karenanya, Allahlah yang menggerakkan hati dan ragaku serta jalan hidupku.
Saat orang-orang disekitarku membenciku karna alasan yang tidak syar’I atau bahkan memfitnahku, aku tidak lantas membenci mereka dan memutuskan silaturahmi saat itu juga. Aku memutuskan berdiam dalam pikiranku sendiri, mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dan berusaha mencari kebenarannya. Banyak pilihan yang bisa aku pilih, salah satunya melempar fitnah dan mengajak orang-orang untuk berbalik membenci orang yang membenci dan memfitnahku, namun aku tidak memilih pilihan itu. Aku memilih pilihan yang sekiranya membuatku nyaman, tenang, tidak memunculkan permusuhan dan tentunya yang Engkau ridhoi. Tentu saja, semua yang aku lakukan tidak lain dan tidak bukan adalah karena Engkau ya Allah, Engkau yang menggerakkan hatiku, Engkau yang menjagaku dan Engkau yang melindungiku.
Saat aku harus menghadapi orang-orang yang membuatku merasa tidak nyaman, Engkau gerakkan hatiku untuk terus mencari kebenaran. Bahkan, aku malah jadi bertanya, jangan-jangan dirikulah yang bermasalah, jangan-jangan dirikulah yang begitu keras atau jangan-jangan dirikulah yang begitu berlebihan. Aku bahkan bersedih karna perasaan itu, aku takut rasa tidak nyamanku terhadap seseorang itu adalah penyakit hasad yang tidak aku sadari. Lagi-lagi Engkau ya Allah, Engkau yang menggerakkan hatiku untuk malah berprasangka buruk pada diri sendiri, agar aku bisa bermuhasabah dan kembali menengadahkan tanganku untuk bermunajat.
Ya Allah, Alhamdulillah, Alhamdulillah. Ya Allah, jadikanlah aku selalu hambaMu yang Engkau lembutkan hatinya, yang terus bersemangat untuk berdoa, meminta, merengek kepadaMu. Ya Allah, buanglah segala sifat hasad, iri, dengki dan sifat-sifat yang Engkau tidak ridhoi pada diri ku. Aamiin ya robbal alamin.
No comments:
Post a Comment