Monday, December 30, 2019

Untold Mind: Komitmen?



     Assalamualaikum! HI readers! Well, kali ini aku mau berbagi cerita dan tentunya ngajak diskusi dengan kalian semua ini lewat tulisanku menuju 2020 ini. Kenapa aku baru ngebut nulis dibulan Desember ini? Karena selama berbulan-bulan kemarin aku harus struggling dengan banyak hal dan aku rasa aku baru bisa share sekarang.

      Baik, aku mulai dengan kata “KOMITMEN”. Ada yang tau? Mungkin temen-temen yang lagi baca ini yang kebetulan umurnya disekitaran 20-an ke atas bakal lebih sering denger kata ajaib ini. Apalagi kalau kalian udah mulai pacaran (hAhA). Saat ngetik ini usiaku udah bukan tujuh belasan lagi tapi udah 20++ (lolos batas usia nonton sensor hehe). Di usiaku yang segini, tentunya udah bukan hal asing lagi denger kata ajaib itu. Hampir beberapa kali kalau aku lagi denger curhatan temen tentang percintaan mereka, pasti adalah kata ajaib ini muncul.

    Oke, Komitmen itu apa? Menurut KBBI IV yang ada di smartphoneku, Komitmen adalah kata benda yang berarti perjanjian (keterikatan) untuk melakukan sesuatu; kontrak: atau bisa juga tanggung jawab. Kita udah dapet definisi ini dan apa sih, siapa sih yang mempunyai komitmen ini atau siapa yang melakukan perjanjian atau kontrak atau tanggung jawab? Yap, dari beberapa case ku ini yang melakukan perjanjian atau kontrak adalah seorang pria lajang (ngakunya) dan wanita lajang juga.

     Beberapa survey (aku tanya temenku) menurut mereka, komitmen dan pacaran itu beda, tidak satu paket. Sebenernya males banget bahas ini, karna pacaran itu tidak dibenarkan dan komitmen dalam pacaran itu maya. Jadi kata mereka, pacaran itu adalah sebuah hubungan yang gak ada tujuannya, jadi semacam “jalanin aja” tapi kalian tetap dalam satu ikatan yang mana kalian gak boleh saling curang alias selingkuh. Tapi tetep, kalian cuma jalan-jalan, makan, nonton, ketawa ketiwi, main gapleh, monopoli, main Hago, main gundu dan seneng-senneg aja. Walau memang kalian sering saling curhat tentang sehari-hari, suka duka maupun apapun. Sedangkan komitmen adalah ketika kalian itu menjalankan sebuah hubungan dengan tujuan yang jelas, misalnya “menikah” (umumnya tujuannya ini). Jadi pas kalian udah meresmikan bahwa kalian ini berkomitmen, maka disitu kalian gabisa dan gaboleh melanggar (istilahnya perjanjian gitu) apa yang udah kalian sepakati untuk di jauhi dan di patuhi untuk mencapai suatu tujuan yang sudah di tetapkan bersama sebelumnya. Mungkin kalau dianalogikan itu kayak kalian sekolah, punya peraturan dan kalau kalian melanggar ya kena sanksi. Tapi kalau di sebuah komitmen,ketika kalian melanggar ya biasanya kalian tidak bisa lagi bersama untuk satu tujuan alias ambyarrrr komitmennya.

       Komitmen, ngucapinnya mudah banget tapi awas… implementasinya sangat sulit. Makanya, saat temen-temenku yang usia 20-an itu sering banget bilang “komit…komit..komit” aku ngerasa geli aja. Karena menurut pandanganku, komitmen itu berat karna ini tanggung jawab yang membawa harga diri. Ketika kamu menghianati sebuah komitmen, bukan cuma orang yang kamu khianati yang terluka, tapi harga diri kamu sendiri. Komitmen yang nyata dan yang benar ada serta yang memang dihalalkan ya cuma “pernikahan”. Oleh karenanya, pernikahan itu hanya bisa dilaksanakan untuk yang sudah baligh saja, alias yang sudah berakal. Karena hitungannya, ketika dia sudah berakal dia sudah bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Mana tanggung jawab dan mana kewajiban.

      Dan kebanyakan dari mereka tentunya sudah memiliki usia yang cukup dan pola piker dewasa yang mana sudah tidak seperti anak-anak lagi. Selain itu usia juga menjadi factor, semakin tua usianya “biasanya” dan “seharusnya” kedewasaannya semakin bertambah karena masa iya sih di usia udah mau 30 misalnya masih aja kerjaannya nongkrong sama temen dan gamau menikah atau berkomit membangun keluarga?

      Bagi aku menjalankan komitmen selain menikah itu perkara yang bahaya banget. Itu berarti kita mempertaruhkan hal yang paling berharga dalam hidup kita. Uang? Bisa di cari, tapi Waktu. Waktu yang sudah terbuang tidak akan pernah kembali. Coba kamu bayangin kamu berkomitmen udah selama tiga tahun, tau-taunya orang tuanya tidak setuju…gimana? Ya masih bisa di putuskan kan? Karna memutuskan komitmen itu tidak berdosa ehhe. Coba kalau pernikahan, pernikahan ketika ada masalah masa mau cerai? Cerai memang hal yang Allah SWT benci namun tidak dilarang. Tapi gak mungkin kan?.

      Tapi bukan jadinya malah menghalalkan nikah buru-buru soalnya gak bisa putus kan? Nah, makanya perlunya kesadaran diri dan pasangan akan tujuan pernikahan. Jika tujuan pernikahan adalah ibadah dan karena Allah, selain itu karena ingin berkumpul di Jannah misalnya, inshaAllah kamu dan pasangan akan berorientasi kesana, jadi saat ada masalah internal atau eksternal masih berusaha buat cari jalan keluar, bukan malah lari dan malah cari orang baru.

      Aku emang bukan orang yang sudah menikah disini, tapi aku cuma mengeluarkan pendapatku saja sebagai orang yang belum menikah atas kejadian-kejadian yang menimpa mereka yang belum menikah.

Banyak sekali orang yang lebih tua sering menasehatiku:

-nikah, emang dikira gampang? Mau acaranya aja kamu puyeng nanti. Keluarga mu minta gini, keluarga suamimu minta gitu.
- kamu nanti bersuami jangan ngarep nanti adem-adem aja, pasti akan ada batu kerikil kecil dari luar mah. Kayak iparmu misalnya yang kebiasaannya beda, atau tantenya dia, pokoknya siap aja.
- punya suami itu gak gampang. Kamu harus layanin mereka, beribadah. Ikhlas, makanya harus tau konsep dimana semua yang kamu lakuin itu udah masuk perkara dosa dan pahala


     hmmm, aku sendiri menangkap perkataan mereka dengan hal positif aja sih karna pasti semua perkataan mereka bisa disanggah dengan perkataann,"gausah dibawa ribet,ya jalanin aja." right? cuman, disitu mereka cuma mengingatkan bahwa segala sesuatu gak se simple yang terlihat :).

well, jadi...masih mau berkomitmen dengan selain komitmen pernikahan?

mohon maaf atas kata-kata yang kurang berkenan. Begitu pula dengan pendapatku yang mungkin gak disetujui bahkan disukai oleh para pembaca sekalian, sekian terimakasih. Wassalamualaikum :) 

Saturday, December 28, 2019

Let Me End This


Sabtu, 28 Desember 2019 09;44

   Assalamualaikum, Hi readers! Hi teman-teman prodiku, gimana kabarnya? Semoga baik-baik saja. Baik-kan? Bagaimana sudah siap semua wisudanya? Jangan sampai kesiangan dan make up berantakan ya . Selamat atas gelar mu, semoga berkah! Aamiin

    Hari ini Sabtu, 28 Desember 2019. Hari dimana mungkin seharusnya aku datang kesana menyelamati puluhan temanku yang sedang menggunakan toga. Pagi ini sama seperti hari-hari sebelumnya, gelap, mendung tapi tidak untuk hatiku.

  Sesungguhnya berat untuk berpura-pura baik, karena memang aku baik-baik saja jadi tak perlu aku berpura-pura. Hanya mungkin ada sedikit rasa sedih dan sakit yang masih terasa. Tapi Alhamdulillah aku bisa mengatasinya.

   Selepas shalat dua rakaat, aku panjatkan do’aku pada Allah Tuhanku yang Maha Agung. Aku ucapkan maaf atas ujian terdahulu yang mungkin saat itu aku tidak lolos sehingga aku harus di uji dengan cobaan yang sama sekarang. Aku katakan bahwa aku sudah ikhlas dengan semua ini, aku katakan bahwa aku begitu yakin tentang kepahitan yang aku alami saat ini yang kelak akan terbayar dengan manis yang berlipat-lipat hingga aku lupa bahwa aku pernah menelan kepahitan sepahit sekarang ini. Aku katakan bahwa aku ikhlas dengan semuanya, aku berusaha untuk merelakan apa yang terjadi pada diriku ini. Aku berharap selepas perjalanan panjang dalam terowongan yang gelap ini, Allah memberikan cahaya yang begitu terang diujung sana. AKu berharap di ujung sana terdapat secawan air yang dapat membasuh dahaga yang begitu menyiksa ini, hingga aku lupa bahwa aku pernah begitu haus seperti saat ini.

   Sekali lagi aku pejamkan mata, meresapi pipiku yang mulai basah. Aku bisikan kepada Tuhan permintaan maafku untuk ayahku disana. Maaf, maafkan aku bi, aku gagal untuk kedua kalinya. Aku tertunda untuk kedua kalinya. Ya Allah, sampaikan kepadanya bahwa aku rindu padanya. Maaf aku tak bisa membuat ia bangga atas diriku, aku tak bisa menggapai apa yang dia harapkan.”

    Aku tumpahkan segala sedihku saat itu. Aku bersujud menangisi diriku yang tidak pernah bersyukur ini. Tuhan, maafkan aku yang senantiasa selalu mengeluh. Aku lupa bahwa masih banyak orang diluar sana yang tidak seberuntung aku. Mereka harus terputus sekolah karena biaya dan lebih memilih untuk menjadi pekerja serabutan tetapi aku…. Aku masih bisa berjuang untuk titik akhir ini dengan dukungan dari kedua orang tuaku tersayang dan sahabat serta teman-temanku.

    Ya Allah, aku percaya.....tidak ada kata terlambat, yang ada hanya belum waktunya saja . Terimakasih telah memberikanku ujian demi ujian agar aku bisa terus menaiki puncak level tertinggi kehidupan.

    Selamat untuk teman-temanku angkatan 2015. Semoga gelar dan ilmu yang sudah di dapat bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya. Aamiin

Untuk umiku:
Umiku, maafkan anakmu ini yang belum bisa memberikan sedikitpun kebanggaan yang bisa kau sebutkan dihadapan teman-temanmu. Maafkan aku.

Thursday, December 19, 2019

Unforgettable Words 2019 #1


    Assalamualaikum readers! semoga kabar kalian baik-baik aja ya ketika lagi visit blog aku ini. Kali ini aku memposting tentang kalimat-kalimat dari orang-orang yang pernah ada di hidupku selama 2019 yang gak bisa aku lupain sampe detik dimana aku posting, untuk yang di kutipkan (") itu kalimat mereka dan yang di dalam kurung ( ) itu komentarku. Semoga ini menjadi album kenangan bahwa ada memang orang-orang yang bisa mengucapkan "kalimat ajaib" ini. Well, ini dia:


“selamat ulang tahun Aisya……semoga (isi sendiri)….Aamiin.”
(alhamdulillah masih inget, sampe masih ada di kalender google, makasih 😊)

“lang gamau ke mcd? Kayaknya hari ini lu ultah kwkwkwk”
(gak mau, nanti parkirnya pake ovo lagi )

“aisah selamat ulang tahun, maaf ya kuenya gini”
( :’’’ you know? Kamu inget aja aku terharu)

“jadi aku harus hidup di Tangerang aja gitu?”
(……………………)

“aku butuh teman-temanku”
(…………………………………..)

“aku gaenak sama adikku kan dia mau pesantren masa abangnya pacaran”
(………………………………..)

"nanti rumahnya pengennya gini)
(...................................................)

“sah bukain bloknya, gue mau silaturahmi”
(halah silaturahmi kan ga harus sama saya, tetangga sampean banyak)

“selamat ulang tahun Aisyah, semoga lancar semuanya, diberikan jodoh yang baik oleh Allah, Aamiin”
(terimakasih :’), maaf belum bisa memberi apa-apa)

“sah dirumah ga?”
(ready and steady!)

“kuyyy….”
(kuylah!!!)

“kuyyyyyy”
(kuyyyyyyy)

“oh aku naik motor terus aku titipin baru naik bis”
(aku kira kamu pp pure motor-an dari planet sana ke Jaksel hehe)

“alhamdulillah dari smp gak pacaran”
(ini baru definisi,”kamu terlalu alim” untuk aku, tapi aku butuh bimbingan ke jalan lurus, gimana dong? )

“elu sih kalo di whatsapp balesnya seabad”
(mohon maklum, life crisis bales whatsap ingetnya background masalah)

“seh gimana miss XXXX ?”
(gitu aja, ga diread 😊 )

“seh lu wa di bales ga?”
(engga nih, sedih ya, engga sih udah biasa kok ga dibales ama cewe mah)

“lu besok ke kampus ga?”
(kampus itu apa?)

“iya gue lagi dijalan”
(geece!!!)

“dikit lagi ini bab 4”
(yah abang siding duluan *saya berjuang sendirihhh)

“revisi…revisi….revisi”
(baik miss 😊)

“kamu teh mempermainkan saya?”
(masyaAllah miss!! Saya perempuan! Masa saya mau mempermainkan perasaan sesama gender?! Cukup saya aja miss di janjiin semanis muka miss, eaee :* )

“udah kamu realistis aja”
(iya miss, tau aja saya pengen jadi artis)

“sabar….sabar…..”
(apa? mabar?)

“sah ngopi kuy”
(kuylah, dua gelas biar ga tidur lu ampe jam dua wkwkwk)

“sah kuylah”
(kuyyyyy)

“gue libur nih”
(yaudah kalau libur banyakin belajar)

“sah diajakin ngopi”
(Raisa?)

“otw sah”
(iya otw aja*masih pake bedak)

“sah… ppppppppppp gue depan rumah….ppppppppppppp(399x)”
(iya, bentar, salim dulu, matiin kompor, cuci piring, bersihin gayung, umroh!!)

“ya Allah sye… mam XXXXX…”
(alhamdulillah, sejak bimbingan dengan beliau, kita semakin sering menyebut nama Allah 😊 )

“eh sye ada undangan”
(iya invite aja nanti di acc)

“besok dateng ya jam sepuluh, inshaAllah lamaran(besok: Minggu, Skrg: sabtu)”
(emang susah image freelance ceo pengacara mah, ngasih undangan H- berapa jam doang)

“makanya nanti nyari yang sayang sama Aqil”
(lah kan nanti hidupnya sama aku makkk bukan sama Aqil, tapi bener juga sih)

“iyalah kamu aja jalan-jalan terus, yang kayak gitu mah ga pernah serius”
(yah namanya juga di iming-imingin kebahagiaan mak, anak yang diculik di iming2in permen juga mana nyangka bakal di bawa jauh)

“iya Aamiin semoga berkah”
(Aamiin)

“gue lebih seneng di depan si dari pada jadi penumpang”
(aku ikutin aja, supaya kamu nyaman 😊 abis itu aku tinggallll hahahaha)

“jamilah…jamilah…jamilah… Thank you”
(pak tolong, saya ga punya kamus Bahasa Arab)

“udah gak apa-apa, kamu berjuang saja. Ini sayang kalau nilainya jelek. Mereka yang terburu-buru ingin semua selesai juga kadang suka gatau mau ngapain pas udah kelar”
(Alhamdulillah Allah karuniakan kakak yang lebih tua usia dan kematangannya serta pengalamannya lebih dari saya 😊 )

“gue takut kehilangan temen diskusi”
(jadi aku Cuma temen aja? Selama ini kita makan bareng itu apa?!)

“tetehhhh…..”
(pura-pura jadi tembok)

“ih kurusan”
(ndasmu, Cuma turun empat kilo 😊)

“cita-cita kurus, malem-malem makan”
(iya kirain itu air putih, tau-taunya nasi goreng)


Alhamdulillah, udah selesai nih muter ingetan selama setahunnnya. Menurut kamu kalimat yang mana yang paling bikin sebel dan bikin kamu seneng? aku sih kalimat janji janji manis yang paling bikin sebel dan kalimat harapan, doa dan motivasi yang paling bikin seneng :)

Sunday, December 15, 2019

[Sajak Kata] Sudah saja


Istirahat

Sudah……. Sudah waktunya kau beristirahat
Berisitirahat dari semua kebohongan dan kebahagiaan sesaat yang selalu di tebarkan oleh orang bertopeng seperti dia itu…

Sudah….sudah waktunya kau berhenti membenci
Membenci orang yang pernah begitu mengkhianati perkataan mereka sendiri terhadapmu….berhentilah….. kau hanya membuang waktu berhargamu

Sudah….sudah waktunya kau bangkit
Bangkit atas keterpurukan yang dia ciptakan untuk kesekian kali

Sudah…sudah waktunya kau tutup dengan benar pintu itu
Tutup dan bereskan semua pecahan yang ada didalam. Jangan kau biarkan lagi orang seperti diamasuk kembali

Sudah….. sudah waktunya kau berhenti
Berhenti untuk menerima cinta dari orang yang bahkan tak bisa memegang ucapan mereka sendiri

Sudah…… sudah waktunya kau mengusap air matamu
Terlalu mahal airmatamu menangisi dia yang bahkan tak berperasaan itu

Kau harus bangkit, tak perlu kau tunjukkan bahwa kau kuat dengan cara berpura-pura tertawa dan berbahagia disetiap media. Dunia nyata hanya akan menertawakanmu dengan itu, biarkan saja dia terus tertawa diatas sedih mu, hukum alam tau bagaimana dia harus bekerja, terhadap siapa dia harus berpihak. Jika bukan dia yang akan mendapat hasil dari apa yang dia tanam, maka kau tau bukan kepada siapa hasil itu akan diteruma? Jangan mengotori tanganmu, biar semua bekerja dengan porsinya.

Friday, December 13, 2019

[Sajak Kata] Let It Go


Terkadang, ada orang-orang yang memang ketika sudah kau berusaha yang terbaik untuknya namun, dia tetap tidak pantas untuk ada, bahkan untuk kau kenang sekalipun….

Ucapkan saja selamat tinggal pada dia dan kenangannya. Jangan biarkan keduanya kembali masuk kedalam ruang memori hidupmu…

Biarkan mereka pergi dengan cara yang mereka pilih. Kau berhak hidup dalam memori hidupmu, namun tanpa keduanya…..

Biarkan saja langkah kakinya terus menuju pada apa yang dia impikan, daripada terus kau korbankan mimpimu demi dia yang ternyata tidak melakukan hal yang sama terhadapmu…..

Biarkan saja dia terus berlari dengan ambisinya, daripada terus kau timbun mimpimu dengan mimpi indah mu bersama dia yang ternyata hanya bualan yang amat besar….

Biarkan saja semua rasamu itu mengembun. Memang sudah seharusnya dan sudah semestinya hal itu terjadi lebih awal sebelum racun dari setiap perkataannya menyebar kedalam ruang harapan….

Saat semua sudah terlanjur terjadi, dan hanya rasa sakit yang kau dapati…….segeralah berdo’a pada Tuhan agar kebahagiaan cepatmu segera datang….

Tak usah kau memanjat do’a keburukan bagi dia….. toh dia sendiri sudah menanam bibit keburukan untuk hidupnya…. Tugasmu hanya terus berdo’a…. agar nasib mu lebih baik daripada dia….. agar segera hukum alam itu bekerja padanya….

Friday, November 15, 2019

The Sadness Makes Greatful




Hasil gambar untuk Roda"
Source: google.com/kompasiana

Enam tahun lalu…….

“Mi,…. Maafin Aisyah ya, aisyah gabsia kuliah tahun ini”. Kataku sembari bersujud menyentuh kaki ibuku. Dengan berderai air mata aku luapkan semua apa yang kurasakan dalam hatiku. “eh udah bangun-bangun… gak apa-apa kalau emang belom rezekinya”. Sahut ibuku padaku sembari berusaha membangunkan ku dari sujudku dikakinya. “tapi Aisyah sedih gabisa dapat negeri kayak temen-temen”. Kataku dalam sesak dada dan air mata yang terus berderai.


Kala itu, pertama kalinya bagiku menangis dalam sujudku kepada ibu. Wanita yang telah melahirkan dan merawatku dengan segenap kasih dan sayangnya. Ntah mengapa rasanya fikiran dan dadaku penuh semua sesak semua. Seperti ada sedih yang begitu kau tahan karena ingin terlihat tegar, namun kau tak kuat akhirnya.


Rasa itu muncul ketika aku terpaksa terus menerus terhantam ombak kekecewaan. Kehilangan ayah disaat aku menginjak kelas terakhir dibangku SMA, penolakan yang dilakukan semua perkuliahan negeri lewat jalur undangan apapun. Juga penolakan lewat jalur test, walau pada akhirnya ada satu, namun karena kekhawatiran ibu, akupun melepaskannya.

Sedih rasanya, karena aku tau ,bahwa begitu besar harapan ayah agar aku bisa bersekolah di sebuah sekolah pemerintahan kala itu. Sebelum beliau meninggal, beliau lah yang paling bersemangat mengingatkanku untuk terus berlatih mengerjakan soal ujian masuk. Beliau begitu gigih menyelipkan sedikit nasihat tanpa rasa lelah dan bosan kepadaku. Namun sayang…. Aku tak menyadari bahwa semangat yang beliau berikan mungkin karena beliau tau bahwa dunia mulai menghimpit waktu hidupnya.

Tak banyak hal yang aku ceritakan kepada temanku, bahkan teman dekatku. Bukan karena aku mulai membenci mereka, tetapi karena, terlalu banyak yang terjadi dengan begitu cepat, dengan begitu singkat. Tak hanya kehilangan ayahku, namun apa yang dulu telah keluargaku miliki harus hilang juga. Aku kebingungan dengan keadaan.

Aku tak tau harus berbuat dan berkata apa. Dalam sepiku pernah aku mengeluh, Tuhan mengapa aku harus mengalami ini? Mengapa harus aku? Aku iri Tuhan, aku iri dengan teman-teman sebayaku yang bisa menikmati masa remajanya yang tak semalang diriku, aku iri dengan mereka yang bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan. Aku sudah kehilangan satu cinta sejatiku, aku sudah tak mampu membanggakan keluargaku, lalu apalagi Tuhan? Aku menangis dalam sepiku saat itu. Menyadari bahwa kalimat “hidup itu bagai roda” sedang aku alami saat itu.

Nyatanya Allah Maha Pengasih dan Penyayang. Keping demi keping kebahagiaan yang berhamburan kami kumpulkan. Walau luka begitu besar dan menganga, tapi aku dan ibu berusaha untuk saling menutupi kesedihan masing-masing. Kami ingin bangkit dengan sisa-sisa tenaga yang ada dan dengan api harapan yang mulai padam.

Aku kemudian berusaha berdiri dari jatuhku dan Tuhan memang senang memberikan bantuan didetik detik akhir kala keputus asaan hampir datang. Aku percaya, bahwa jika ada orang yang perlu untuk ku pioritaskan itu bukan teman, tetapi keluarga. Keluarga begitu berharga… saat aku terjatuh… mereka menepuk pundakku, menyadarkan ku kemudian membangunkanku. Mereka menyemangatiku dengan segudang motivasi walau aku tau motivasi di dapat dari diri sendiri.

Aku melanjutkan hidupku dengan menuliskan kembali stratefi-strategiku. Aku bertekad agar pada perang selanjutnya aku bisa menang, ya tentu kemenangan di dapat dengan cara menyiapkan senjata dan strategi yang pas.

Hampir satu tahun aku habiskan untuk menyiapkan perang itu. lingkungan baru, teman baru semua mulai hadir dalam hidupku. Aku begitu bahagia di tempatkan pada lingkungan yang memiliki satu tujuan denganku yaitu memenangkan perang. Sudah tak ada lagi fikiranku tentang hidup tak adil saat itu karena kalimat :

"Semua memiliki jalan takdirnya masing-masing tidak perlu kamu lihat orang lain. Belum tentu mereka yang berkuliah lebih dahulu daripadamu itu bisa sukses betul di ujung sana nanti. Rezeki mu, temanmu dan semuanya sudah ada yang atur".

Friday, November 8, 2019

It's time to shine



      Seperti biasa, setelah berganti pakaian aku merebahkan tubuhku di kasur. Aku mengeser-geser semua notifikasi yang ada di panel handphoneku. Seketika jariku berhenti menggeser saat ku baca sebuah pesan,”udah ga nge-blog lagi?”. Mataku terpaku pada pesan itu yang kemudian membuat aku menghela nafas membayangkan arsip-arsip yang sudah berdebu di notebookku. Sudah hampir satu tahun lamanya aku tak memposting apa-apa. Memang awalnya aku berencana untuk menulis blog apapun yang terjadi sebagai album tulisku kelak, bahan bacaan untuk masa tua ku dan anak cucuku. Tapi apa daya, sepertinya memang prioritasnya untuk tahun ini berbeda.

   Well, kali ini aku memaksakan diri untuk menulis. Mengisi kekosongan berbulan-bulan dengan arsip yang ada di notebookku ini. Sebetulnya ada banyak draf yang sudah ku susun, dan sudah hampir rampung untukku posting. Namun lagi dan lagi mereka semua ku abaikan karena satu hal yang juga adalah prioritas. Mungkin bukan aku yang memilih memprioritaskan hal itu, tapi waktu yang memaksaku untuk mempriotritaskan hal lain dan mengabaikan ini.

     Akhir tahun 2018 hingga akhir tahun 2019 ini adalah tahun-tahun yang berat bagiku. Berbagai macam masalah silih berganti. Memang semua manusia pasti mempunyai masalah, begitupun aku, mereka dan kita semua. Namun aku meyakini ada saatnya dimana sebuah masalah memang amat membuat kenyamanan dan priortas hidup berganti. Aku tidak bisa menceritakan itu di postingan kali ini, namun cepat atau lambat, aku akan menuliskan semuanya disini. Ntah itu di akhir tahun ini, atau di awal tahun baru kelak. Aku berharap hal yang aku hadapi dan alami di akhir tahun ini bisa berlalu dengan cepat dan aku bisa beristirahat secara normal sedikit.

Maaf Aku Harus Menjauh

Jika ini tentang kompetisi...... Jika ini tentang menang atau kalah...... Maka.... aku ikhlas tanpa beban aku akan mengalah Karna sekeras ap...