Assalamualaikum! HI readers! Well, kali ini aku mau berbagi
cerita dan tentunya ngajak diskusi dengan kalian semua ini lewat tulisanku
menuju 2020 ini. Kenapa aku baru ngebut nulis dibulan Desember ini? Karena
selama berbulan-bulan kemarin aku harus struggling dengan banyak hal dan aku
rasa aku baru bisa share sekarang.
Baik, aku mulai dengan kata “KOMITMEN”. Ada yang tau?
Mungkin temen-temen yang lagi baca ini yang kebetulan umurnya disekitaran 20-an
ke atas bakal lebih sering denger kata ajaib ini. Apalagi kalau kalian udah
mulai pacaran (hAhA). Saat ngetik ini usiaku udah bukan tujuh belasan lagi tapi
udah 20++ (lolos batas usia nonton sensor hehe). Di usiaku yang segini,
tentunya udah bukan hal asing lagi denger kata ajaib itu. Hampir beberapa kali
kalau aku lagi denger curhatan temen tentang percintaan mereka, pasti adalah
kata ajaib ini muncul.
Oke, Komitmen itu apa? Menurut KBBI IV yang ada di
smartphoneku, Komitmen adalah kata benda yang berarti perjanjian (keterikatan)
untuk melakukan sesuatu; kontrak: atau bisa juga tanggung jawab. Kita udah
dapet definisi ini dan apa sih, siapa sih yang mempunyai komitmen ini atau
siapa yang melakukan perjanjian atau kontrak atau tanggung jawab? Yap, dari
beberapa case ku ini yang melakukan perjanjian atau kontrak adalah seorang pria
lajang (ngakunya) dan wanita lajang juga.
Beberapa survey (aku tanya temenku) menurut mereka, komitmen
dan pacaran itu beda, tidak satu paket. Sebenernya males banget bahas ini,
karna pacaran itu tidak dibenarkan dan komitmen dalam pacaran itu maya. Jadi
kata mereka, pacaran itu adalah sebuah hubungan yang gak ada tujuannya, jadi
semacam “jalanin aja” tapi kalian tetap dalam satu ikatan yang mana kalian gak
boleh saling curang alias selingkuh. Tapi tetep, kalian cuma jalan-jalan,
makan, nonton, ketawa ketiwi, main gapleh, monopoli, main Hago, main gundu dan
seneng-senneg aja. Walau memang kalian sering saling curhat tentang
sehari-hari, suka duka maupun apapun. Sedangkan komitmen adalah ketika kalian
itu menjalankan sebuah hubungan dengan tujuan yang jelas, misalnya “menikah”
(umumnya tujuannya ini). Jadi pas kalian udah meresmikan bahwa kalian ini
berkomitmen, maka disitu kalian gabisa dan gaboleh melanggar (istilahnya
perjanjian gitu) apa yang udah kalian sepakati untuk di jauhi dan di patuhi
untuk mencapai suatu tujuan yang sudah di tetapkan bersama sebelumnya. Mungkin
kalau dianalogikan itu kayak kalian sekolah, punya peraturan dan kalau kalian
melanggar ya kena sanksi. Tapi kalau di sebuah komitmen,ketika kalian melanggar
ya biasanya kalian tidak bisa lagi bersama untuk satu tujuan alias ambyarrrr
komitmennya.
Komitmen, ngucapinnya mudah banget tapi awas…
implementasinya sangat sulit. Makanya, saat temen-temenku yang usia 20-an itu
sering banget bilang “komit…komit..komit” aku ngerasa geli aja. Karena menurut
pandanganku, komitmen itu berat karna ini tanggung jawab yang membawa harga
diri. Ketika kamu menghianati sebuah komitmen, bukan cuma orang yang kamu
khianati yang terluka, tapi harga diri kamu sendiri. Komitmen yang nyata dan
yang benar ada serta yang memang dihalalkan ya cuma “pernikahan”. Oleh
karenanya, pernikahan itu hanya bisa dilaksanakan untuk yang sudah baligh saja,
alias yang sudah berakal. Karena hitungannya, ketika dia sudah berakal dia
sudah bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Mana tanggung jawab
dan mana kewajiban.
Dan kebanyakan dari mereka tentunya sudah memiliki usia yang
cukup dan pola piker dewasa yang mana sudah tidak seperti anak-anak lagi.
Selain itu usia juga menjadi factor, semakin tua usianya “biasanya” dan “seharusnya”
kedewasaannya semakin bertambah karena masa iya sih di usia udah mau 30
misalnya masih aja kerjaannya nongkrong sama temen dan gamau menikah atau
berkomit membangun keluarga?
Bagi aku menjalankan komitmen selain menikah itu perkara
yang bahaya banget. Itu berarti kita mempertaruhkan hal yang paling berharga
dalam hidup kita. Uang? Bisa di cari, tapi Waktu. Waktu yang sudah terbuang
tidak akan pernah kembali. Coba kamu bayangin kamu berkomitmen udah selama tiga
tahun, tau-taunya orang tuanya tidak setuju…gimana? Ya masih bisa di putuskan
kan? Karna memutuskan komitmen itu tidak berdosa ehhe. Coba kalau pernikahan,
pernikahan ketika ada masalah masa mau cerai? Cerai memang hal yang Allah SWT
benci namun tidak dilarang. Tapi gak mungkin kan?.
Tapi bukan jadinya malah menghalalkan nikah buru-buru
soalnya gak bisa putus kan? Nah, makanya perlunya kesadaran diri dan pasangan
akan tujuan pernikahan. Jika tujuan pernikahan adalah ibadah dan karena Allah,
selain itu karena ingin berkumpul di Jannah misalnya, inshaAllah kamu dan
pasangan akan berorientasi kesana, jadi saat ada masalah internal atau
eksternal masih berusaha buat cari jalan keluar, bukan malah lari dan malah
cari orang baru.
Aku emang bukan orang yang sudah menikah disini, tapi aku
cuma mengeluarkan pendapatku saja sebagai orang yang belum menikah atas
kejadian-kejadian yang menimpa mereka yang belum menikah.
Banyak sekali orang yang lebih tua sering menasehatiku:
-nikah, emang dikira gampang? Mau acaranya aja kamu puyeng
nanti. Keluarga mu minta gini, keluarga suamimu minta gitu.
- kamu nanti bersuami jangan ngarep nanti adem-adem aja,
pasti akan ada batu kerikil kecil dari luar mah. Kayak iparmu misalnya yang
kebiasaannya beda, atau tantenya dia, pokoknya siap aja.
- punya suami itu gak gampang. Kamu harus layanin mereka,
beribadah. Ikhlas, makanya harus tau konsep dimana semua yang kamu lakuin itu
udah masuk perkara dosa dan pahala
hmmm, aku sendiri menangkap perkataan mereka dengan hal positif aja sih karna pasti semua perkataan mereka bisa disanggah dengan perkataann,"gausah dibawa ribet,ya jalanin aja." right? cuman, disitu mereka cuma mengingatkan bahwa segala sesuatu gak se simple yang terlihat :).
well, jadi...masih mau berkomitmen dengan selain komitmen pernikahan?
mohon maaf atas kata-kata yang kurang berkenan. Begitu pula dengan pendapatku yang mungkin gak disetujui bahkan disukai oleh para pembaca sekalian, sekian terimakasih. Wassalamualaikum :)
No comments:
Post a Comment