Saturday, February 1, 2020

Nov, See You in the Heaven


    Aku membaca teks pesan masuk berkali-kali di panel notifikasi handphoneku. Secepat itu? Apakah pesan ini salah ketik?. Aku masih tak pecaya, rasanya baru kemarin, rasanya baru kemarin kami pergi bersama mencari buku, rasanya baru kemarin kita bertemu dan bergurau.

    Ya, teman seperjuanganku telah berpulang kepangkuan Sang Khalik. Dia teman yang kukenal sejak tiga tahun lalu. Teman satu kelas sejak awal masa perkuliahan.

   Pagi hari ini kami diguyur sedikit gerimis dan yang tersisa adalah genangan air di sepanjang jalan. Kami berangkat menuju rumah duka dengan harapan bisa melihat wajah teman kami yang terakhir kali.

Hatiku terasa pilu….
kawan, kau tak pernah bercerita tentang rumahmu, kita tak pernah berkunjung ke rumahmu sekalipun..tapi kenapa…kunjungan yang pertama ini justru menjadi kunjungan yang terakhir pula?”

“kawan, engkau sungguh baik, mempertemukan kami yang lama tak berjumpa dirumahmu”

“kawan, sepertinya tugasmu sudah selesai di bumi ini, saatnya kau pulang jangan lupa titipkan salam kami pada sang Pencipta”

   Langit tak begitu cerah namun tak juga menurunkan hujan. Sepertinya langit tahu hajat kami berjalan dari rumah hendak kemana.

    Kami berjalan menyusuri tangga, satu persatu menapakan kaki ke anak tangga secara perlahan. Tampak orang-orang sudah berkumpul, menyalami seorang wanita paruh baya yang terlihat sembab matanya. Wanita itu tampak sudah lelah, sudah berpasrah.

    Ingatanku memutar kembali klise-klise yang pernah terjadi lima tahun lalu. Hari dimana langit terasa runtuh. Hari dimana suasana rumah begitu ramai, silih berganti orang-orang berdatangan. Kami seperti sedang merayakan hari besar, ya… hari besar yang tak pernah terlupakan. Tak sedikit yang menghampiri kemudian bersalaman dan memelukku sembari berkata bahwa aku harus kuat dan aku harus sabar. Tak ada kalimat Panjang yang bisa ku ucapkan untuk membalas semua harapan mereka, hanya tangis dan anggukan saja yang kuberikan.

    Mungkin hal yang sama yang bisa wanita itu berikan kepada kami dan kami pun hanya bisa berkata hal yang sama pula. Kami menyalami beliau yang sedang berusaha tegar dengan ujian ini.

    Waktu pemakaman telah tiba. Aku berjalan mendekat menuju liang lahat. Sejak awal kabar tak membahagiakan ini tersiar, sempat beberapa kali air mengurai air mataku, hingga kini ia hendak dimakamkan aku masih terus menghujani kelopak mataku ini.

   Sebenarnya seluruh tangisku bukan hanya menangisi engkau temanku, aku menangisi nasibku sendiri.

   Jika Tuhan memanggilmu tanpa harus menunggu dirimu menua, lalu bagaimana aku? Aku bahkan baru selangkah berjalan menuju kebaikan, selangkah bertaubat atas segala dosa dosaku, lalu bagaimana jikalau Tuhan juga memanggilku setelah mu?

   Selama ini aku takut jikalau harus melihat film hantu, lalu bagaimana saat nanti kau kirimkan malaikat pencabut nyawamu kepadaku?

   Selama ini aku selalu merengek jika jariku terluka, lalu bagaimana saat nanti Kau tarik rohku dari jasadku ini? Orang selalu berkata terasa sakit seperti dikuliti, tertusuk saja aku menjerit.

   Selama ini aku selalu takut terhadap binatang tanah, lalu bagaimana saat nanti tubuhku mulai dirayapi mereka?

     Selama ini aku selalu merawat diriku, membersihkan tubuhku, lalu bagaimana saat nanti tubuhku mulai dihinggapi binatang tanah? Yang kemudian perlahan membusuk dan memburuk

     Selama ini aku selalu menutup hidungku saat bau tak sedap lewat dihadapanku, lalu bagaimana jika tubuhku sendiri yang mengeluarkan bau itu?

    Aku menangisi semuanya. Kemudian tersadar, bahwa yang bisa menyelamatkanku hanyalah amal kebaikanku. Ya Allah panjangkanlah umurku, berkahi hidupku, ampuni dosaku. Aamiin

    Aku mulai berfikir bahwa mencintai diri sendiri itu penting dibanding pekerjaan. Saat kau meninggal, pegawai lain bahkan atasanmu hanya akan bersedih satu, dua dan seminggu saja namun keluarga selamanya. Saat kau meninggal, atasanmu tidak akan berdiam saja, dia akan langsung mencari penggantinya tapi tidak dengan keluargamu.


So, let’s love ourselves!

No comments:

Post a Comment

Maaf Aku Harus Menjauh

Jika ini tentang kompetisi...... Jika ini tentang menang atau kalah...... Maka.... aku ikhlas tanpa beban aku akan mengalah Karna sekeras ap...