Lelah . . . . . .
Mungkin ini
akan terdengar berlebihan dan dramatis, namun percayalah walau memang usiaku
bisa dibilang cukup muda untuk sebuah pengalaman, aku sudah lelah untuk
berjalan mencari cinta. Siapa suruh mencari? Tugas wanita bukankah menunggu?
Ya, aku tau, aku menunggu. Tetapi dalam menunggu bukan berarti aku diam saja
kan? Beberapa datang dan pergi. Datang pergi dan kembali kemudian pergi lagi.
Aku sudah
lelah, ketika harus bertemu manusia baru. Harus menerka-nerka, harus berusaha membaca
kepribadiannya, berusaha mengetahui karakter aslinya, berusaha mengenal
emosinya. Memangnya tidak lelah? Ketika sudah nyaman dengan satu orang, tapi
ternyata ia memilih pergi. Lelah, sungguh lelah.
Lemah
. . . . . . .
Aku ini
lemah untuk urusan perasaan, karena memang fitrah wanita ialah perasaan yang
lebih mendominasi ditambah ditinggalkan sosok ayah disaat aku masih membutuhkan
figurnya, sulit untuk tidak mudah jatuh pada perhatian kecil. Aku menyukai
manusia dengan pribadi yang religius, yang mengayomi dan yang melindungi. Ya,
seperti wanita pada umumnya bukan? Suka pada sosok yang diyakininya mampu
melindungi, mampu memimpin dan mampu memberikan perhatian yang baik padanya.
Aku pun sama.
Harap
yang memang salah
Dulu, Betapa
bahagianya aku. . . . . ., saat mendapati laki-laki yang aku sukai, yang aku
harapkan bisa menjadi laki-laki pilihanku, memutuskan menghentikan perjalanan
sementara waktu untuk mampir ke masjid menunaikan shalat. Jikalau kau yang
berada dalam posisiku, pasti akan bahagia juga bukan? Betapa tenang dan bahagia
ku rasakan saat seseorang yang ku harapkan bisa memimpinku ternyata seorang
yang taat pada Tuhannya. Namun sayang, ia tidak seperti aku yang
mengharapkannya ada dalam hidup. Ia memilih pergi setelah hatiku berharap
padanya. Aku tak tau, aku harus bagaimana, memaksanya untuk memilihku bukanlah
caraku. Aku pasrahkan saja, mungkin memang aku yang salah menempatkan harap
pada makhluk ciptaan Allah.
No comments:
Post a Comment