Thursday, August 21, 2014

The Reason ( There are times when we need to stay away from each other )


This is my story about what I feel when I was a fresh graduate from Senior High School.

  Menjadi siswa SMA itu gak pernah mudah. Apalagi kelas 12. Itu mungkin yang aku rasain saat ini. 2014 ini aku lulus dari bangku SMA. Aku masih ingat gimana tekanan mental saat lulus dari bangku SMP saat harus nerima kenyataan bahwa aku gak bisa masuk di sekolah SMAN yang aku impikan . Aku masih belum bisa nerima semuanya dengan cepat. dengan mudah dengan santai. Karna aku tau ini semua menyangkut masa depan. Dan aku mulai menyalahkan diriku. di setiap kenaikan kelas aku harus belajar beradaptasi dengan teman teman  baru,dengan sikap,perilaku,pola pikir orang orang baru. Di tahun pertama aku benar-benar harus beradaptasi dengan teman teman baru,lingkungan baru dan terutama guru guru baru. Guru guru yang belum aku tahu bagaimana cara mereka mengajar dan bagaimana cara mereka menanggapi siswa yang tidak mengerjalan tugas.   

    Di tahun kedua dan ketiga juga sama. Saat pertama kali duduk di bangku kelas tiga SMA aku tahu, yang paling aku takuti adalah Ujian Nasional. Kenapa takut? Kan itu ciptaan manusia? Kan masih ada Allah?. Yap aku merasa takut, bagaimana tidak kamu sekolah menuntut ilmu tiga tahun dan penentuan kamu lulus apa tidak itu Cuma 3 hari? Dengan waktu yang nyambung nyambung tanpa jeda. Tekanan tekanan dengan kabar soal Ujian Nasional ada 20 paket. 

    Kamu bayangkan!!! Dua puluh paket!!! Lembar LJKUN dan Soalnya di tempel jadi satu. Jadi kalau LJKUN sobek ya harus ganti soal baru. Paket baru. Manalagi isu isu Nilai rata rata UN bakal di naikin. Setiap pagi aku berangkat sekolah jam enam dan pulang jam delapan malam. Ngapain aja? pagi sampai jam tiga sore aku sekolah,jam empat sampai jam setengah delapan malam aku bimbel dan sisanya adalah waktu pulang perginya. Aku mendaftarkan diri di SNMPTN dengan harapan bisa di terima di universitas negeri dan bisa juga meringankan biaya kuliahnya. Lalu aku ikut jalur PMDK. Lalu aku juga ikut les persiapan SBMPTN mempersiapkan hasil terburuk dari semua jalur yang telah aku tempuh. Hari demi hari aku paksakan untuk menerima pelajaran yang sebenarnya sudah mumet di otakku. Saat H-20 SBMPTN aku berhenti untuk les. Aku memilih memfokuskan diri pada Ujian yang diadakan salah satu Sekolah Tinggi Kedinasan.

    Pengumuman SNMPTN sudah keluar. Aku dinyatakan tidak lolos. Rasanya aku tidak percaya. Aku memang tidak berharap sekali pada jalur ini naun tetap saja pasti ada harapan sekecil apapun dan akhirnya tak lolos. Lalu pengumuman pengumuman dari jalur PMDK, ternyata aku juga tidak lolos. Aku semakin sedih rasanya bagaimana ini,aku harus bagaimana. Berarti aku harus ikut jalur SBMPTN ,padahal aku rasa soalnya sulit banget diliat dari try out yang tempat bimbelku berikan padaku. Ibuku tahu semua jalur yang aku ikuti dan setiap dia Tanya tentang bagaimana hasilnya. 

    Aku hanya bisa teridam sebentar berpura-pura tidak dengar agar ibuku mengulang lagi. aku menaik napas panjang menahannya sebentar lalu menghebuskannya dengan cepat. rasanya air mata mulai memenuhi mataku, mengalir kesudut. Dan saat ibuku mengulang kembali pertanyaan aku menjaawabnya “engga mi” aku memanggil ibuku umi. Umiku bertanya “lho kenapa?” aku jawab “ya gitu mi itu untung untungan saja mungkin bukan jalannya”. Sebenarnya aku sendiri ingin berteriak, semua ucapanku hanya agar aku dapat tenang dan dapat mengobati sendiri luka dari sebuah harapan. 

    Aku mulai memfokuskan diri dengan berlatih mengerjakan soal- soal untuk Ujian Masuk  Sekolah Kedinasan. Hampir dua minggu lebih aku mendekam di rumah. Terus berkutat dengan buku buku. Aku semakin tertekan dan stress mulai melanda pikiranku. Aku terkadang bosan sendiri dengan rutinitas yang selalu ini ini saja. Aku terkadang menangis sendiri mengingat kurasa semua ini tidak adil. Kenapa harus aku ?. Hari-H SBMPTN telah tiba. Aku berangkat dengan mantap percaya diri saja. Siap tidak siap itu akan ku hadapi. Aku mengerjakan soal sebisaku saja. 
    
    Teman ku yang mengikuti tes SBMPTN juga keluar ruangan dengan resah. “gimana ya ini,gue Cuma ngerjain beberapa susah banget,gue takut syah” itu ucap temanku. Lalu ku jawab “tenang tetep ya berdoa dan shalat sunnahnya di lakasanakan,percaya aja Allah pasti ngasih yang terbaik,lo pasti lolos” ucapku.

Kamu gak tau gimana rasa semangatku sama hidup, karna aku gak akan pernah ngomong.  aku ngomong kayak gini . aku memang suka ngeluh dan curhat tentang gak adilnya semua ini tapi kadang aku juga yang berkata kalau kita harus semangat banyak jalan lain menuju roma,mungkin sukses kita tertunda, semangat. Tapi itu semua Cuma karna pengen kamu tenang juga,padahal aku udah gak ada semangat dengan semua ini  karna rasanya gak adil,mereka yang selama di sekolah santai santai main main di kelas main handphone,main game,kerja kelompok aja males tapi mereka keterima jalur pmdk tanpa susah susah memeras otak dan memaksakan semua pelajran harus di pahami. aku pengen kamu semangat ya teman karna kalau kamu tau aku gak semangat nanti kamu malah kebawa. aku tahu aku gak akan keterima di jalur ini karna usahaku gak maksimal. Maaf ya aku bohong sama perkataanku sendiri.

    Saat sampai di rumah aku harus kembali belajar belajar belajar. Ayo berjuang. Itu yang sering aku ucapkan di depan kaca agar aku semangat. Hari H tes sekolah kedinasan pun telah tiba dengan semangat usai sahur aku berangkat bersama temen-teman ku lainnya dengan di antar oleh ayah temanku. Tempat tesnya di GBK (Gelora Bung Karno). Dengan semangat aku berempat berjalan menuju tempat tes .Tak peduli seberapa jauh jarak antar pintu masuk kami semua. Kami terus berjalan. Aku berusaha untuk percaya diri dan tetap optimis padahal ratusan orang di sana juga ikut bertempur mengerjakan soal dan tentunya mereka semua adalah sainganku. Aku mengerjakan soalnya perlahan namun tetap saja rasa gugup luar biasa melanda. Aku bingung mau mengerjakan soal yang mana. Soalnya berbeda dengan soal yang ku latihkan. Luar biasa,inilah puncaknya aku mengeluarkan seluruh kemampuanku. Alhamdulilah lumayan banyak yang aku kerjakan. Lelah,pastinya.

    Hari hari kemudian aku lalui dengan normal. Di bulan suci ramadhan itu aku gunakan dengan berdoa dan beribadah sebanyak banyaknya. Aku berusaha untuk selalu mengerjakan shalat sunnah lainnya. Tibalah pengumuman tes sekolah kedinasan itu. aku sudah berkata dalam hati tanpa sadar “sepertinya gagal”. Tapi aku coba optimis. Hati ini kalut antara aku mau optimis atau pesimis saja. Ternyata aku gagal. Tak ada nama dan nomor ujianku di daftar peserta yang lolos. Aku bergeming. Mencoba mengecek terus namun tetap tak ada namaku di sana. Aku diam..ntah..aku harus bagaimana lagi.  hancur hati ini,sudah jelas. Tapi aku sudah anggap biasa. Hancur semua harapan. 
   
    Aku mulai bingung aku malas. Aku malas kembali memikirkan ini semua. Aku ingin ketempat yang sunyi. Aku ingin berjeda sejenak berlari menuju bukit di atas gunung sana dan berteriak sekencang kencangnya tentang sesaknya dada ini. aku merasa tertekan sekali. Apalagi yang harus aku lakukan. Aku merasa sedih saat teman teman umiku berbicara perihal anaknya yang di terima di perguruan tinggi yang di inginkan. sedangkan umi ku? Harus menjawab apa adanya. Sakitnya tersayat semakin begitu terasa saat aku meilhat album foto masa kecilku. Foto Almarhum ayahku. Fotonya sama sepertiku. Tersenyum padahal di dalam lubuk hati paling dalam sedang menangis dan kecewa. Aku menangis menatap fotonya , foto foto keluargaku dan foto ku kala masih kecil.

Maafin aku ya yah, aku belum bisa jadi anak yang baik. maaf ya aku gak bisa kayak kakak kakak ku yah, yang udah bisa bikin bangga ayah. Aku belum bisa pamer almamater kebanggan ke ayah. Mungkin usaha ku kurang keras yah. Mungkin Allah lagi nguji aku dan umi yah. Tapi yah..jangan sedih yah aku akan terus berusaha sekeras mungkin. Aku akan berusaha lebih buat sabar dan gak lagi merasa tertekan.seperti kata seseorang dulu kalau anak ayah gak ada yang bodoh . Mulai saat ini aku akan menjadi anak ayah berhati baja. Aku akan berusaha bagaimanapun. akan ku hadapi semua cobaan ini dengan sabar dan terus berusaha. Kelak nanti saat aku berhasil aku akan membeli apa yang dahulu pernah kita impikan. 

And Now….


Pada akhirnya aku memutuskan untuk menarik diri dari semua. Bukan,bukan karna aku dendam pada orang yang meremehkanku atau pada yang lain. Aku ingin focus pada usaha ku untuk mengejar semuanya. Aku sudah ikhlas pada semua yang telah Allah SWT berikan. Aku belajar dari rasa tertekan dan rasa kecewa yang aku rasakan. Bahwa jangan terlalu larut dalam kesedihan saat jatuh J. Aku ingin menjauh dari apa yang dapat menghambat usahaku J bismillah. Semoga aku berhasil ya ....AMIN.
Mungkin dari beberapa pembaca akan beranggapan tulisan ini terlalu berlebihan. 

    Tapi itulah kenyataanya yang aku alami. this is a real story. i'm not a film director whose tell my life with overstate like a film. make a fake story is not advantage for me. my purpose to write what i feel so very depressed is so you my friend or my family or another people know what happened with me why i changed, why i close myself and another like that. because situation cause all. and i think people will be changed surely. like i read on one of ubersocial someone write "remember with a quote We never know what will happens next". if someone to be change with you ,don't judge him . but you must look for know what happen with him so he changed. 

No comments:

Post a Comment

Maaf Aku Harus Menjauh

Jika ini tentang kompetisi...... Jika ini tentang menang atau kalah...... Maka.... aku ikhlas tanpa beban aku akan mengalah Karna sekeras ap...