This is my story about what I feel when I was a fresh graduate
from Senior High School.
Di tahun kedua dan ketiga juga sama. Saat
pertama kali duduk di bangku kelas tiga SMA aku tahu, yang paling aku takuti adalah
Ujian Nasional. Kenapa takut? Kan itu ciptaan manusia? Kan masih ada Allah?.
Yap aku merasa takut, bagaimana tidak kamu sekolah menuntut ilmu tiga tahun dan
penentuan kamu lulus apa tidak itu Cuma 3 hari? Dengan waktu yang nyambung
nyambung tanpa jeda. Tekanan tekanan dengan kabar soal Ujian Nasional ada 20
paket.
Kamu bayangkan!!! Dua puluh paket!!! Lembar LJKUN dan Soalnya di tempel
jadi satu. Jadi kalau LJKUN sobek ya harus ganti soal baru. Paket baru.
Manalagi isu isu Nilai rata rata UN bakal di naikin. Setiap pagi aku berangkat sekolah
jam enam dan pulang jam delapan malam. Ngapain aja? pagi sampai jam tiga sore
aku sekolah,jam empat sampai jam setengah delapan malam aku bimbel dan sisanya
adalah waktu pulang perginya. Aku mendaftarkan diri di SNMPTN dengan harapan bisa di
terima di universitas negeri dan bisa juga meringankan biaya kuliahnya. Lalu
aku ikut jalur PMDK. Lalu aku juga ikut les persiapan SBMPTN mempersiapkan
hasil terburuk dari semua jalur yang telah aku tempuh. Hari demi hari aku
paksakan untuk menerima pelajaran yang sebenarnya sudah mumet di otakku. Saat
H-20 SBMPTN aku berhenti untuk les. Aku memilih memfokuskan diri pada Ujian yang
diadakan salah satu Sekolah Tinggi Kedinasan.
Pengumuman SNMPTN sudah keluar. Aku dinyatakan tidak lolos.
Rasanya aku tidak percaya. Aku memang tidak berharap sekali pada jalur ini naun
tetap saja pasti ada harapan sekecil apapun dan akhirnya tak lolos. Lalu
pengumuman pengumuman dari jalur PMDK, ternyata aku juga tidak lolos. Aku
semakin sedih rasanya bagaimana ini,aku harus bagaimana. Berarti aku harus ikut
jalur SBMPTN ,padahal aku rasa soalnya sulit banget diliat dari try out yang
tempat bimbelku berikan padaku. Ibuku tahu semua jalur yang aku ikuti dan
setiap dia Tanya tentang bagaimana hasilnya.
Aku hanya bisa teridam sebentar
berpura-pura tidak dengar agar ibuku mengulang lagi. aku menaik napas panjang
menahannya sebentar lalu menghebuskannya dengan cepat. rasanya air mata mulai
memenuhi mataku, mengalir kesudut. Dan saat ibuku mengulang kembali pertanyaan
aku menjaawabnya “engga mi” aku memanggil ibuku umi. Umiku bertanya “lho
kenapa?” aku jawab “ya gitu mi itu untung untungan saja mungkin bukan
jalannya”. Sebenarnya aku sendiri ingin berteriak, semua ucapanku hanya agar
aku dapat tenang dan dapat mengobati sendiri luka dari sebuah harapan.
Aku mulai
memfokuskan diri dengan berlatih mengerjakan soal- soal untuk Ujian Masuk Sekolah Kedinasan. Hampir dua minggu lebih aku
mendekam di rumah. Terus berkutat dengan buku buku. Aku semakin tertekan dan
stress mulai melanda pikiranku. Aku terkadang bosan sendiri dengan rutinitas
yang selalu ini ini saja. Aku terkadang menangis sendiri mengingat kurasa semua
ini tidak adil. Kenapa harus aku ?. Hari-H SBMPTN telah tiba. Aku berangkat
dengan mantap percaya diri saja. Siap tidak siap itu akan ku hadapi. Aku
mengerjakan soal sebisaku saja.
Teman ku yang mengikuti tes SBMPTN juga keluar
ruangan dengan resah. “gimana ya ini,gue Cuma ngerjain beberapa susah
banget,gue takut syah” itu ucap temanku. Lalu ku jawab “tenang tetep ya berdoa
dan shalat sunnahnya di lakasanakan,percaya aja Allah pasti ngasih yang
terbaik,lo pasti lolos” ucapku.
Kamu gak tau gimana rasa semangatku sama hidup, karna aku
gak akan pernah ngomong. aku ngomong
kayak gini . aku memang suka ngeluh dan curhat tentang gak adilnya semua ini
tapi kadang aku juga yang berkata kalau kita harus semangat banyak jalan lain
menuju roma,mungkin sukses kita tertunda, semangat. Tapi itu semua Cuma karna
pengen kamu tenang juga,padahal aku udah gak ada semangat dengan semua ini karna rasanya gak adil,mereka yang selama di sekolah
santai santai main main di kelas main handphone,main game,kerja kelompok aja
males tapi mereka keterima jalur pmdk tanpa susah susah memeras otak dan
memaksakan semua pelajran harus di pahami. aku pengen kamu semangat ya teman
karna kalau kamu tau aku gak semangat nanti kamu malah kebawa. aku tahu aku gak
akan keterima di jalur ini karna usahaku gak maksimal. Maaf ya aku bohong sama
perkataanku sendiri.
Saat sampai di rumah aku harus kembali belajar belajar
belajar. Ayo berjuang. Itu yang sering aku ucapkan di depan kaca agar aku
semangat. Hari H tes sekolah kedinasan pun telah tiba dengan semangat usai sahur
aku berangkat bersama temen-teman ku lainnya dengan di antar oleh ayah temanku.
Tempat tesnya di GBK (Gelora Bung Karno). Dengan semangat aku berempat berjalan
menuju tempat tes .Tak peduli seberapa jauh jarak antar pintu masuk kami semua.
Kami terus berjalan. Aku berusaha untuk percaya diri dan tetap optimis padahal
ratusan orang di sana juga ikut bertempur mengerjakan soal dan tentunya mereka
semua adalah sainganku. Aku mengerjakan soalnya perlahan namun tetap saja rasa
gugup luar biasa melanda. Aku bingung mau mengerjakan soal yang mana. Soalnya
berbeda dengan soal yang ku latihkan. Luar biasa,inilah puncaknya aku
mengeluarkan seluruh kemampuanku. Alhamdulilah lumayan banyak yang aku
kerjakan. Lelah,pastinya.
Hari hari kemudian aku lalui dengan normal. Di bulan suci
ramadhan itu aku gunakan dengan berdoa dan beribadah sebanyak banyaknya. Aku
berusaha untuk selalu mengerjakan shalat sunnah lainnya. Tibalah pengumuman tes
sekolah kedinasan itu. aku sudah berkata dalam hati tanpa sadar “sepertinya
gagal”. Tapi aku coba optimis. Hati ini kalut antara aku mau optimis atau
pesimis saja. Ternyata aku gagal. Tak ada nama dan nomor ujianku di daftar
peserta yang lolos. Aku bergeming. Mencoba mengecek terus namun tetap tak ada
namaku di sana. Aku diam..ntah..aku harus bagaimana lagi. hancur hati ini,sudah jelas. Tapi aku sudah
anggap biasa. Hancur semua harapan.
Aku mulai bingung aku malas. Aku malas
kembali memikirkan ini semua. Aku ingin ketempat yang sunyi. Aku ingin berjeda
sejenak berlari menuju bukit di atas gunung sana dan berteriak sekencang
kencangnya tentang sesaknya dada ini. aku merasa tertekan sekali. Apalagi yang
harus aku lakukan. Aku merasa sedih saat teman teman umiku berbicara perihal
anaknya yang di terima di perguruan tinggi yang di inginkan. sedangkan umi ku?
Harus menjawab apa adanya. Sakitnya tersayat semakin begitu terasa saat aku
meilhat album foto masa kecilku. Foto Almarhum ayahku. Fotonya sama sepertiku.
Tersenyum padahal di dalam lubuk hati paling dalam sedang menangis dan kecewa.
Aku menangis menatap fotonya , foto foto keluargaku dan foto ku kala masih
kecil.
Maafin aku ya yah, aku belum bisa jadi anak yang baik. maaf
ya aku gak bisa kayak kakak kakak ku yah, yang udah bisa bikin bangga ayah. Aku
belum bisa pamer almamater kebanggan ke ayah. Mungkin usaha ku kurang keras
yah. Mungkin Allah lagi nguji aku dan umi yah. Tapi yah..jangan sedih yah aku
akan terus berusaha sekeras mungkin. Aku akan berusaha lebih buat sabar dan gak
lagi merasa tertekan.seperti kata seseorang dulu kalau anak ayah gak ada yang
bodoh . Mulai saat ini aku akan menjadi anak ayah berhati baja. Aku akan
berusaha bagaimanapun. akan ku hadapi semua cobaan ini dengan sabar dan terus berusaha. Kelak nanti saat aku berhasil aku akan membeli apa yang
dahulu pernah kita impikan.
And Now….
Pada akhirnya aku memutuskan untuk menarik diri dari semua. Bukan,bukan
karna aku dendam pada orang yang meremehkanku atau pada yang lain. Aku ingin focus
pada usaha ku untuk mengejar semuanya. Aku sudah ikhlas pada semua yang telah
Allah SWT berikan. Aku belajar dari rasa tertekan dan rasa kecewa yang aku rasakan. Bahwa
jangan terlalu larut dalam kesedihan saat jatuh J.
Aku ingin menjauh dari apa yang dapat menghambat usahaku J bismillah. Semoga aku
berhasil ya ....AMIN.
Mungkin dari beberapa pembaca akan beranggapan tulisan ini terlalu berlebihan.
Tapi itulah kenyataanya yang aku alami. this is a real story. i'm not a film director whose tell my life with overstate like a film. make a fake story is not advantage for me. my purpose to write what i feel so very depressed is so you my friend or my family or another people know what happened with me why i changed, why i close myself and another like that. because situation cause all. and i think people will be changed surely. like i read on one of ubersocial someone write "remember with a quote We never know what will happens next". if someone to be change with you ,don't judge him . but you must look for know what happen with him so he changed.
No comments:
Post a Comment