Monday, March 22, 2021

Getting stuck 24, welcome 25: Alasan keempat

Lelah . . . . . .

        Mungkin ini akan terdengar berlebihan dan dramatis, namun percayalah walau memang usiaku bisa dibilang cukup muda untuk sebuah pengalaman, aku sudah lelah untuk berjalan mencari cinta. Siapa suruh mencari? Tugas wanita bukankah menunggu? Ya, aku tau, aku menunggu. Tetapi dalam menunggu bukan berarti aku diam saja kan? Beberapa datang dan pergi. Datang pergi dan kembali kemudian pergi lagi.

       Aku sudah lelah, ketika harus bertemu manusia baru. Harus menerka-nerka, harus berusaha membaca kepribadiannya, berusaha mengetahui karakter aslinya, berusaha mengenal emosinya. Memangnya tidak lelah? Ketika sudah nyaman dengan satu orang, tapi ternyata ia memilih pergi. Lelah, sungguh lelah.

 

Lemah . . . . . . .

       Aku ini lemah untuk urusan perasaan, karena memang fitrah wanita ialah perasaan yang lebih mendominasi ditambah ditinggalkan sosok ayah disaat aku masih membutuhkan figurnya, sulit untuk tidak mudah jatuh pada perhatian kecil. Aku menyukai manusia dengan pribadi yang religius, yang mengayomi dan yang melindungi. Ya, seperti wanita pada umumnya bukan? Suka pada sosok yang diyakininya mampu melindungi, mampu memimpin dan mampu memberikan perhatian yang baik padanya. Aku pun sama.

 

Harap yang memang salah

      Dulu, Betapa bahagianya aku. . . . . ., saat mendapati laki-laki yang aku sukai, yang aku harapkan bisa menjadi laki-laki pilihanku, memutuskan menghentikan perjalanan sementara waktu untuk mampir ke masjid menunaikan shalat. Jikalau kau yang berada dalam posisiku, pasti akan bahagia juga bukan? Betapa tenang dan bahagia ku rasakan saat seseorang yang ku harapkan bisa memimpinku ternyata seorang yang taat pada Tuhannya. Namun sayang, ia tidak seperti aku yang mengharapkannya ada dalam hidup. Ia memilih pergi setelah hatiku berharap padanya. Aku tak tau, aku harus bagaimana, memaksanya untuk memilihku bukanlah caraku. Aku pasrahkan saja, mungkin memang aku yang salah menempatkan harap pada makhluk ciptaan Allah.

Saturday, March 20, 2021

Getting stuck 24, welcome 25: Terimakasih pada semua kecewa

Selepas Kecewa. . . . .

        Ya, selepas merasa kecewa karna telah menaruh harapan pada manusia, lagi dan lagi aku hanya bisa kembali mengetuk pintu langit disepertiga malam dan mengadu:

       Ya Allah Rabbku, dalam sujud sakitnya hati ini karna pengharapan yang sirna, aku berusaha meyakinkan hatiku bahwa yang terjadi ini adalah bagian dari doaku padaMu agar diberikan pilihan terbaik dariMu.

       Selama luka dari harapanku itu basah, ada banyak hal yang membuatku menjadi tidak percaya pada diriku. Membuatku rendah diri, merasa tak pantas. Kadang diri ini bertanya-tanya dan menerka-nerka . . . . . . . . 

Apakah aku pantas tak terpilih, karna rupa ku?

Apa kah aku pantas tak terpilih, karna pekerjaanku?

Apakah aku pantas tak terpilih, karna asalku?

Apakah aku ditinggalkan karna perkataanku yang menyakiti?

Apakah aku ditinggalkan karna riasan wajahku?

Apakah aku ditinggalkan karna aku tak berharta banyak?

 

       Berbagai macam pertanyaan muncul dalam benakku namun tak pernah ada jawabnya . Pertanyaan itu malah menyakiti pikiran dan hatiku yang akhirnya berdampak pada kesehatanku. Terus berputar dalam kepalaku, membuatku merasa menjadi manusia tak bernilai. Semua kecewa dan pertanyaan-pertanyaan membuat ku merasa aku manusia yang tak pantas untuk diperjuangkan, dicintai dan dimiliki.

      Hingga akhirnya luka ku mengering dan sembuh, semua pertanyaan yang awalnya tak pernah ada jawabnya, kini telah kutemukan jawabannya. Jawabannya ialah aku “BELUM” menemukan orang yang cocok dan tepat.

       Kini, ditinggalkan mendorongku untuk terus memuhasabah diri, memperbaiki diriku, iman dan akhlakku, berusaha terus menjalankan apa yang Allah perintahkan dan menjauhi apa yang Allah larang, walau tak bisa secara menyeluruh dan sempurna tapi aku akan berusaha. Aku menyadari, mungkin memang caraku mencari pendamping hidup yang salah, hingga Allah marah dan menjauhikanku dengan mereka dengan cara demikian, tak apa.

 

Sebenar dari sebenarnya . . . .

       Kini, sudah sampailah tulisan ini pada bagian terakhir dari semua alasan-alasan mengapa aku belum juga menikah. Bukan, bukan tak ingin. . . . 35% tentu saja aku ingin, 15 persen aku bimbang, sisanya takut. To be honest, lagian aku belum punya calon ya hehe. Jadi belum ada yang bisa membuat aku berfikir, nikah gak ya?. So, ya aku harus tetap berdo’a hehe.

 

Pada akhirnya . . . .

       Pada akhirnya, ada pembelajaraan dari setiap kecewa yang aku rasakan. Pembelajaran bahwa Allah sedang menyelamatkanku dari rencanaku yang mungkin bisa berdampak buruk pada nasibku. Dari kecewa itu pula aku belajar, bahwa sebaik-baiknya menunggu adalah dengan mempersiapkan diri menjadi lebih baik lagi. Lagipula ada banyak hal yang bisa aku kerjakan dalam kesendirian ini, misal seperti meningkatkan kemampuanku dalam bidang yang aku kuasai, ataupun mencoba hobi dan pengalaman baru, dan bisa juga mempersiapkan diri untuk apa yang sedang ditunggu.

        Yah, kali ini aku rasa akan lebih baik jika selain aku berdoa dan meminta pendamping hidup dengan kriteria yang aku maksudkan pada Allah, aku akan berusaha menjadi pribadi yang lebih baik dan menjadi wanita yang memiliki kriteria yang sama seperti kriteria pendamping hidup yang aku maksud, agar benar-benar jodoh selain melengkapi tapi juga cerminan diri, Aamiin.

        So, say good bye pada hati yang kecewa karna dilukai oleh harapan terhadap manusia. Bismillah semoga Allah benar-benar berikan aku jodoh yang baik, yang membuat aku yakin bahwa dia yang tidak akan menyakitiku dan menyianyiakan aku. AAMIIN.


Maaf Aku Harus Menjauh

Jika ini tentang kompetisi...... Jika ini tentang menang atau kalah...... Maka.... aku ikhlas tanpa beban aku akan mengalah Karna sekeras ap...