Januari 2017
Hari yang ditunggu telah tiba. Semalam kami sibuk membungkus pakaian-pakaian
kami. Saling berkirim foto perlengkapan apa saja yang hendak dibawa. Saling
mengingatkan perihal barang bawaan. Senang rasanya akhirnya aku bisa pergi jauh
dengan teman-temanku. Hari ini kami sudah menetapkan meeting point kami, stasiun.
Kami berangkat dari rumah masing-masing dengan berbagai barang bawaan.
Setelah berpamitan, akupun pergi menuju stasiun di kotaku. Perjalananku
menuju stasiun yang kami jadikan titik kumpul memakan waktu setengah jam.
Syukurlah, aku sudah sampai jauh-jauh waktu. Satu persatu dari kami sampai di stasiun
Senen. Menit terus berjalan, salah satu teman kami tak kunjung terlihat batang
hidungnya. Kami terus menelfonnya, ia bilang ada sedikit kendala di jalan. Biasalah,
jalanan selalu tak bisa diprediksi. Waktunya sudah mepet sekali, akhirnya kami
putuskan untuk membagi dua kelompok. Dua orang dari kami pergi terlebih dahulu
masuk untuk check in, mencari gerbong dan menyelematkan bagasi untuk kami. Sedangkan
aku dan satu temanku menunggu kedatangan satu orang lagi.
Lima menit lagi! Petugas sudah memberikan peringatan melalui speaker
stasiun. Jantungku terus berdegup kencang. “apa iya perjalanan kami akan
gagal?”. Anak itu, Urfah, sedang berlari menuju kerumunan. Aku terus
melambaikan tangan berharap ia dapat melihatnya dan segera berlari ke arah kami.
Aku berlari menuju arahnya mengangkat tas yang ia bawa dan segera berlari untuk
check in tiket. Sepanjang jalan kami berlari, yang kurasakan hanya dengkulku yang
lemas sekali sementara keringat bercucuran dari dahi dan leherku. Aku terus membayangkan
bagaimana jika kami bertiga tertinggal.
Sebelum kami masuk ke gerbong kereta, aku sempat bertanya kepada
petugas kereta yang ada diluar gerbong perihal nomor tempat duduk kami. Tak sempat
dia menjawab, kami putuskan untuk langsung naik saja kedalam rangkaian kereta didepan
kami, tak peduli rangkaian keberapa itu. Ketika kami melangkahkan kaki masuk,
kedua temanku Khusnul dan Afri sudah menyambut kami.
Kami tertawa terbahak-bahak Bersama. Hari pertama kami diwarnai
insiden. Sampai ditempat duduk pun kami masih tertawa terus menerus. Bagaimana
tidak, kalau saja Urfah terlambat lima menit lagi bukan tidak mungkin aku dan
Iffa akan ikut tidak bisa naik ke gerbong. Afri dan Khusnul pun bercerita kalau
mereka sudah menyiapkan rencana untuk turun di stasiun terdekat jika sampai kami
bertiga benar-benar tertinggal. Tak menyangka, tapi tak apalah hal ini yang
akan menjadi kenangan dan akan terus teringat, bagiku.
Perjalanan menuju Jogja kurasa sedikit lebih baik dibanding saat aku
pergi ke Malang. Kami menghabiskan sekitar delapan jam didalam gerbong. Bercerita,
bercanda, buang air, cari makan, semua kami sudah lakukan. Oh iya satu lagi,
tidur. Ya, walaupun hanya delapan jam, tetap saja yang namanya duduk lama-lama
tidak pernah enak.
Kami pun sampai di stasiun tujuan. MasyaAllah, senangnya hati ini
walau pegal tapi terbayar menyenangkan. Salah satu dari kami kemudian memesan
taksi online untuk pergi menuju penginapan. Hari itu sedikit mendung dan mulai
gerimis perlahan. Kurasakan “Jogja” dan sekitarnya.
Sampailah kami di tempat penginapan. Tempat yang nyaman kurasa untuk
kami pendatang yang hanya singgah beberapa hari. Kami tidur dalam satu kamar
dengan beberapa Kasur di dalamnya. Kamar mandi tersedia di dalam, hanya saja
tentu dapur tidak ada di dalam sana.
Hari pertama kami
habiskan untuk perjalanan dan istirahat………. Jalan-jalannya? Besok 😊