Saturday, February 8, 2020

For My Endless Love

Aku tidak tau, sudah berapa kali aku meninggalkannya…


Sudah berapa kali aku mengecewakannya…..
Sudah berapa kali aku menyakitinya…..

Namun ia selalu menerimaku kembali….
Memelukku kembali…..
Menyayangi ku kembali dengan rasa yang lebih dalam…

Selama ini mataku terbuka…namun semua terlihat gelap
Selama ini ragaku bergerak…. namun rasanya sempit
Ternyata…….
Ada mata lain yang tertutup
Ada raga lainku yang terikat

Dia adalah batin dan jiwaku….

Maafkan aku….
Maafkan aku….

Aku adalah dia yang tak mampu mengungkapkan
Aku adalah dia yang tak mampu membisikkan
Aku adalah dia yang tak pernah mampu menggambarkan…..

Jika nanti Tuhan mengambilmu lebih dulu di banding aku…..
Tak ada hal lain yang bisa aku lakukan selain mengenangmu…
Mendatangi tempat istirahat terakhirmu….
Mendo’akanmu… dan berharap segera bertemu denganmu

Namun jika nanti Tuhan yang mengambilku lebih dulu…..
Cukuplah do’akan aku…. berbahagialah… karna bebanmu berkurang saat itu…

Untuk umi ku yang tampak tak ku sayangi….
Setelah ku sadari hampir semua pernah mengecewakan….
Aku temukan satu manusia yang berbeda….
yaitu Itu dirimu….

Aku tau, semua yang kau berikan tak akan bisa aku kembalikan….
Tak akan bisa aku ganti….
Apalagi aku bayar….

Maka izinkan lah aku untuk memberikan apapun yang bisa kuberikan padamu selagi engkau ada dan selagi aku diberi kesempatan

Dua puluh tahun sudah engkau berusaha, agar aku tetap terjaga…
Aku yakin, yang kau lakukan bukan semata-mata untuk dirimu…
Namun untukku juga…..

Saat ini, rasa cintaku amat besar.....hingga ingin rasanya ku beli kebahagiaan yang abadi untuk mu .....walau harus ku korbankan jiwaku…aku bersedia…
Setelah jatuh bangun kita lalui bersama, aku rasa…kau pantas mendapatkan jika hal itu ada

…. Tak ada suatu hubungan apapun tanpa ujian bukan? Karna ujian ada untuk mengukur seberapa besar cinta dan keyakinanmu bukan?
Maka, jika satu saat nanti aku berubah… maafkan aku… dan jika kau menolakku untuk kembali………………..


Mungkin itu akhir dari sabarmu…. Dan akhir dari lelahmu…….


Tapi aku berharap, tidak akan lagi aku pergi dan tidak akan lagi aku berubah hanya untuk sesuatu yang semu…. Semoga…. Aamiin.

A video.... for you..........
RUMPANG
by Nadin Amizah
Well, maaf ya aku masih suka sama musik. Tapi gatau kenapa lagu ini indah liriknya, gak terlalu frontal tapi gak terlalu bersembunyi. Awalnya ketemu lagu ini di beranda Youtube, hal jelek yang selalu aku lakuin sebelum nonton video Youtube adalah "baca komen". So, aku baca beberapa komen yang isinya curhat tentang kehilangan orang tua gitu. Saat itu aku cuma ,"Okelah, ini berarti tentang kehilangan orang tua gitu" dan aku tetep masih mau nonton video itu.

 Awal nya video itu isinya cuma aktivitas seorang anak kecil yang semuanya dia lakuin cuma sama boneka teddy bear. Awalnya aku mikir... "oh, mungkin orang tuanya kerja pergi pagi pulang malem, terus dia jadi ga ada temen, yaudah mainnya sama boneka".

 Udah gitu aja, terus aku coba buat hayatin semua video itu sambil dengerin liriknya. Liriknya agak bikin bingung gitu sih, karna kan rata2 lagu seringnya tentang patah hati sama pasangan ya (HAHAHA) tapi ini beda. Ada lirik, "Sudah kuucap semua pinta....Sebelum kumemejamkan mata....Tapi selalu saja kamu tetap harus pergi." Well, aku disini mikir, "ha? apa orang tuanya ga perduli dia gitu ya? kerja..kerja kerja.....". 

Saat itu aku masih terus nonton dan tetep dengerin dengan khidmat macem dengerin ceramah :(. Barulah ketika masuk ke reff kedua... pada lirik,"Banyak yang tak ku ahli......Begitu pula menyambutmu pergi.....Banyak yang tak ku ahli......Begitu pula menyambutmu pergi.....Banyak yang tak ku ahli......Begitu pula menyambutmu tak kembali....".

itu bener-bener hantaman keras banget buat aku sampe ke hati. Secara lirik kalau kita dengerin doang tanpa liat MV (music video) itu akan ngira liriknya buat patah hati ke pasangan. Tapi purpose dari lagu ini tu bukan kesitu, melainkan ke orang tua..especially disini ibu sih. Apalagi pas lirik itu.... di MV nya, semua kegiatan yang anak ini lakuin bareng tedy bear di awal,,,,di puter ulang,...tapi tedy bearnya disitu berubah jadi sosok ibu....wah pokoknya lebih seru nonton dibanding dinarasiin. Value yang bisa gue petik dari MV itu adalah kepergian ibu ga bisa di gantiin dengan apapun sekalipun itu dengan hal yang kita senangi. Mungkin kita akan bahagia bisa mencapai apa yang dicapai, tapi itu bakal kerasa rumpang kalau kita menikmati pencapaian kita cuma sendiri. ah intinya gitu lah wqqwq

Pagi tadi aku masih menangis
Ada rasa yang tak kunjung mati
Ada seseorang di atasku
Menahan semua rasa malu
Sempat kuberpikir masih bermimpi
Dua Empat Tujuh tanpa henti
Matahari dan bulan saksinya
Ada rasa yang tak mau hilang
Aku takut sepi. Tapi yang lain tak berarti
Katanya mimpiku kan terwujud
Mereka lupa tentang mimpi buruk
Tentang kata "Maaf, sayang aku harus pergi."
Sudah kuucap semua pinta
Sebelum kumemejamkan mata
Tapi selalu saja kamu tetap harus pergi
Sempat kuberpikir masih bermimpi
Bertahun berlanjut tanpa henti
Kulitmu yang memudar saksinya
Tetap rasaku tak pernah hilang
Aku takut sepi tapi yang lain tak berarti
Katanya mimpiku kan terwujud
Mereka lupa tentang mimpi buruk
Tentang kata "Maaf, sayang aku harus pergi."
Sudah kuucap semua pinta
Sebelum kumemejamkan mata
Tapi selalu saja kamu tetap harus pergi
Banyak yang tak ku ahli
Begitu pula menyambutmu pergi
Banyak yang tak ku ahli
Begitu pula menyambutmu pergi
Banyak yang tak ku ahli
Begitu pula menyambutmu tak kembali
Katanya mimpiku akan terwujud
Mereka berbohong, mimpiku tetap semu
Sumber: Musixmatch
Lirik Rumpang © Pt.massive Music Entertainment

Saturday, February 1, 2020

Nov, See You in the Heaven


    Aku membaca teks pesan masuk berkali-kali di panel notifikasi handphoneku. Secepat itu? Apakah pesan ini salah ketik?. Aku masih tak pecaya, rasanya baru kemarin, rasanya baru kemarin kami pergi bersama mencari buku, rasanya baru kemarin kita bertemu dan bergurau.

    Ya, teman seperjuanganku telah berpulang kepangkuan Sang Khalik. Dia teman yang kukenal sejak tiga tahun lalu. Teman satu kelas sejak awal masa perkuliahan.

   Pagi hari ini kami diguyur sedikit gerimis dan yang tersisa adalah genangan air di sepanjang jalan. Kami berangkat menuju rumah duka dengan harapan bisa melihat wajah teman kami yang terakhir kali.

Hatiku terasa pilu….
kawan, kau tak pernah bercerita tentang rumahmu, kita tak pernah berkunjung ke rumahmu sekalipun..tapi kenapa…kunjungan yang pertama ini justru menjadi kunjungan yang terakhir pula?”

“kawan, engkau sungguh baik, mempertemukan kami yang lama tak berjumpa dirumahmu”

“kawan, sepertinya tugasmu sudah selesai di bumi ini, saatnya kau pulang jangan lupa titipkan salam kami pada sang Pencipta”

   Langit tak begitu cerah namun tak juga menurunkan hujan. Sepertinya langit tahu hajat kami berjalan dari rumah hendak kemana.

    Kami berjalan menyusuri tangga, satu persatu menapakan kaki ke anak tangga secara perlahan. Tampak orang-orang sudah berkumpul, menyalami seorang wanita paruh baya yang terlihat sembab matanya. Wanita itu tampak sudah lelah, sudah berpasrah.

    Ingatanku memutar kembali klise-klise yang pernah terjadi lima tahun lalu. Hari dimana langit terasa runtuh. Hari dimana suasana rumah begitu ramai, silih berganti orang-orang berdatangan. Kami seperti sedang merayakan hari besar, ya… hari besar yang tak pernah terlupakan. Tak sedikit yang menghampiri kemudian bersalaman dan memelukku sembari berkata bahwa aku harus kuat dan aku harus sabar. Tak ada kalimat Panjang yang bisa ku ucapkan untuk membalas semua harapan mereka, hanya tangis dan anggukan saja yang kuberikan.

    Mungkin hal yang sama yang bisa wanita itu berikan kepada kami dan kami pun hanya bisa berkata hal yang sama pula. Kami menyalami beliau yang sedang berusaha tegar dengan ujian ini.

    Waktu pemakaman telah tiba. Aku berjalan mendekat menuju liang lahat. Sejak awal kabar tak membahagiakan ini tersiar, sempat beberapa kali air mengurai air mataku, hingga kini ia hendak dimakamkan aku masih terus menghujani kelopak mataku ini.

   Sebenarnya seluruh tangisku bukan hanya menangisi engkau temanku, aku menangisi nasibku sendiri.

   Jika Tuhan memanggilmu tanpa harus menunggu dirimu menua, lalu bagaimana aku? Aku bahkan baru selangkah berjalan menuju kebaikan, selangkah bertaubat atas segala dosa dosaku, lalu bagaimana jikalau Tuhan juga memanggilku setelah mu?

   Selama ini aku takut jikalau harus melihat film hantu, lalu bagaimana saat nanti kau kirimkan malaikat pencabut nyawamu kepadaku?

   Selama ini aku selalu merengek jika jariku terluka, lalu bagaimana saat nanti Kau tarik rohku dari jasadku ini? Orang selalu berkata terasa sakit seperti dikuliti, tertusuk saja aku menjerit.

   Selama ini aku selalu takut terhadap binatang tanah, lalu bagaimana saat nanti tubuhku mulai dirayapi mereka?

     Selama ini aku selalu merawat diriku, membersihkan tubuhku, lalu bagaimana saat nanti tubuhku mulai dihinggapi binatang tanah? Yang kemudian perlahan membusuk dan memburuk

     Selama ini aku selalu menutup hidungku saat bau tak sedap lewat dihadapanku, lalu bagaimana jika tubuhku sendiri yang mengeluarkan bau itu?

    Aku menangisi semuanya. Kemudian tersadar, bahwa yang bisa menyelamatkanku hanyalah amal kebaikanku. Ya Allah panjangkanlah umurku, berkahi hidupku, ampuni dosaku. Aamiin

    Aku mulai berfikir bahwa mencintai diri sendiri itu penting dibanding pekerjaan. Saat kau meninggal, pegawai lain bahkan atasanmu hanya akan bersedih satu, dua dan seminggu saja namun keluarga selamanya. Saat kau meninggal, atasanmu tidak akan berdiam saja, dia akan langsung mencari penggantinya tapi tidak dengan keluargamu.


So, let’s love ourselves!

Maaf Aku Harus Menjauh

Jika ini tentang kompetisi...... Jika ini tentang menang atau kalah...... Maka.... aku ikhlas tanpa beban aku akan mengalah Karna sekeras ap...